Senin 11 Jun 2018 18:22 WIB

Khamenei: Palestina Harus Tentukan Nasib Sendiri

Khamenei menilai referendum harus dilakukan warga Palestina

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: AP
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei mengatakan warga Palestina harus menentukan nasibnya sendiri. Menurutnya, referendum harus dilakukan oleh warga Palestina, yang telah tinggal di wilayahnya sendiri selama 80 atau 100 tahun terakhir, termasuk Muslim, Yahudi, dan Kristen.

"Saat ini, demokrasi adalah metode modern yang diterima oleh seluruh dunia. Kami mengatakan, untuk menentukan nasib Palestina, maka harus merujuk kepada rakyat Palestina dan proposal ini telah terdaftar di PBB sebagai bagian pendapat Republik Islam Iran," ujar Khamenei, dilaporkan laman Irna, Senin (11/6).

"Apa yang mereka pilih harus dilakukan. Apakah ini ide yang buruk? Negara-negara Eropa menolak untuk memahami ini," tambah dia.

Khamenei juga mengomentari kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke sejumlah negara Eropa baru-baru ini. Kunjungan tersebut dilaporkan bertujuan untuk menghentikan upaya Iran dalam memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

"Pembunuh anak dan penindas itu pergi ke negara lain dengan berperan sebagai korban dan mengatakan Iran ingin menghancurkan beberapa juta orang penduduknya," kata Khamenei.

"Eropa mendengarkannya, kemudian menggelengkan kepala, tetapi tidak mengatakan bahwa justru Israel lah yang saat ini tengah melakukan kejahatan di Gaza dan al-Quds," ungkapnya.

Khamenei menambahkan, saat ini Iran adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki jumlah musuh terbanyak di antara para pemimpin negara yang arogan. Namun Iran juga memiliki jumlah pendukung terbanyak di beberapa negara.

Ia menyebut pemuda Iran memiliki kemampuan dan bakat luar bisa, mengingat Iran memiliki 20 persen produksi dalam negeri uranium yang diperkaya. "Berkat upaya para pemuda dan melalui keteguhan kami, kami dapat mencapai 20 persen uranium yang diperkaya. Cukup mengejutkan dan sulit dipercaya dunia menyadari kami tidak lagi membutuhkan uranium Amerika, Rusia, dan Prancis," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement