Rabu 05 Sep 2018 13:47 WIB

Moon dan Trump Bahas Nasib Korut

Pembicaraan akan digelar di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.

Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat upacara penyambutan kedatangan Trump di Istana Biru di Seoul, Selasa (7/11).
Foto: Kim Hong-ji/Pool Photo via AP
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat upacara penyambutan kedatangan Trump di Istana Biru di Seoul, Selasa (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana membahas Korea Utara di sela-sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York bulan ini. Demikian disampaikan kantor kepresidenan Korsel dan AS, Selasa (4/9).

Pembahasan itu akan dilangsungkan di tengah kemajuan yang lambat menyangkut nuklir Korut. Moon dan Trump pada Selasa, berbicara selama 50 menit melalui telepon. Pembicaraan dilakukan satu hari sebelum utusan-utusan khusus Moon dijadwalkan mengunjungi Pyongyang.

Rombongan utusan presiden Korsel itu akan membahas pertemuan puncak antara pemimpin Korsel itu dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bulan ini.

Baca juga, Pompeo: Korut Masih Produksi Bahan Bakar Bom Nuklir.

Pertemuan puncak antar-Korea tersebut akan dilakukan setelah Trump membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bulan lalu. Rencana lawatan Pompeo dibatalkan usai Menlu AS menerima surat bernada panas dari seorang pejabat tinggi Korea Utara.

Dalam pembicaraan mereka di telepon, Moon dan Trump sepakat untuk menggelar bertemuan di sela-sela sidang PBB. Kedua akan melakukan pembahasan mendalam soal strategi dan cara untuk bekerja sama terkait masalah di Semenanjung Korea.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Moon telah memberi tahu Trump soal rencananya mengirim seorang utusan khusus ke Pyongyang pada Rabu untuk bertemu dengan Kim.

Dalam pertemuan bersejarahnya dengan Trump pada Juni di Singapura, Kim berjanji akan menjalankan proses menuju penghapusan senjata nuklir di Semenanjung Korea. Namun, kedua pihak belum membuat kemajuan banyak menuju target itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement