Jumat 30 Nov 2018 03:45 WIB

HRW: Arab Saudi Penjarakan Lusinan Aktivis Perempuan

Kebanyakan aktivis yang ditangkap terkait hak mengendarai dan sistem perwalian

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perempuan Arab Saudi mengenakan abaya
Foto: foto dari BBC
Aktivis perempuan di Arab Saudi, Lujain Al-Hathlool saat mengendarai mobilnya menuju perbatasan

Di bawah ini adalah beberapa wanita yang dipenjara karena menuntut HAM: 

1. Loujain Alhathloul

Alhathloul adalah seorang aktivis HAM perempuan dari Jeddah, Arab Saudi. Selama bertahun-tahun, dia menuntut hak peremuan untuk mengemudi di kerajaan. Melalui sosial media, ia juga aktif menyuarakan pendapatnya. Perempuan 29 tahun ini sudah ditangkap beberapa kali karena menentang larangan perempuan yang mengemudi di Arab Saudi. 

"Kita tidak lagi tinggal di negara yang terisolasi. Siapapun bisa mengumpulkan informasi mengenai apa yang terjadi di sini. Itulah mengapa kami berusaha untuk berkembang tanpa mengabaikan rasa sakit saudara perempuan kami. Kami harus berbicara tentang apa yang membahayakan mereka dan keberadaan mereka," tulis dia dalam Twitter pribadinya, Februari 2018 lalu. 

Dalam sebuah wawancara dengan Economist pada Januari 2016, ia menyoroti tantangan yang dihadapi wanita Arab Saudi ketika mereka tidak mengemudi. Dia mengatakan ia telah mendedikasikan 30 persen gajinya kepada supir dan meminta orang untuk mengantar dia berkeliling. 

"Mereka (pemerintah) mengatakan kepada kami bahwa kami benar-benar dilindungi, bahwa kami memiliki hak untuk mengekspresikan diri dengan bebas tanpa dihukum atau dikirim ke penjara, tapi dalam praktiknya tidak ada," kata dia. 

2. Samar Badawi

Badawi adalah seorang aktivis pemenang penghargaan dan dikenal karena pertempuran hukumnya dengan sang ayah yang kasar. Ayahnya mengajukan gugatan kepadanya ketika ia mencari perlindungan di penampungan wanita tahun 2008. 

Akibatnya, ia ditangkap dan menghabiskan enam bulan di penjara atas tuduhan 'tidak taat pada orang tua'. Ia kemudian dibebaskan setelah pengadilan umum Jeddah memutuskan untuk mendukungnya dan mengalihkan perwaliannya kepada sang paman. 

Sejak saat itu, Badawi telah menganjurkan penghapusan sistem perwalian laki-laki. "Saya belajar bahwa kami memiliki Undang-undang untuk melindungi hak perempuan, tapi perempuan itu perlu mencarinya sendiri dan memikirkan bagaimana memanfaatkan aturan itu," kata Badawi. 

Pada Maret 2012, Departemen Negara Bagian Amerika Serikat memberikan penghargaan kepada Badawi dengan Penghargaan Wanita Internasional tentang Keberanian untuk pekerjaan dan aktivismenya. Pada tahun 2014, ia dikenakan larangan bepergian dan ditangkap pada tahun 2016 karena pekerjaan HAM, sebelum dibebaskan dengan jaminan.

Namun, ibu dua anak itu ditangkap lagi pada Juli 2018 bersama aktivis Nassima Alsadah. "Penangkapan Samar Badawi dan Nassima Alsadah menandakan bahwa pihak berwenang Saudi melihat adanya perbedaan pendapat, baik itu dulu atau sekarang, sebagai ancaman terhadap aturan otokratis mereka," kata Direktur Middle East di HRW. 

Penangkapan terakhirnya memicu perselisihan diplomatik antara Arab Saudi dan Kanada setelah kementerian luar negeri Kanada mengatakan dalam sebuah cuitan, 'sangat prihatin' tentang penahanan aktivis hak asasi di kerajaan itu, termasuk Badawi. Arab Saudi menuduh Kanada campur tangan terang-terangan dalam urusan domestik Kerajaan, terhadap norma-norma internasional dasar dan semua protokol internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement