Sabtu 02 Feb 2019 02:04 WIB

Pencari Suaka Asal Iran Raih Anugerah Sastra

Behrouz Boochani menulis karyanya dari dalam penjara di Papua Nugini.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Behrouz Boochani
Foto: ABC
Behrouz Boochani

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang pencari suaka asal Iran, Behrouz Boochani memenangkan anugerah sastra dari Australia, Victorian Prize 2019 dan berhak mengantongi 100 ribu dolar AS. Boochani menulis karyanya yang berjudul No Friend But the Mountains dari dalam penjara di Pulau Manus, Papua Nugini.

Karya yang ditulis Boochani lewat pesan teks WhatsApp tersebut juga memenangkan hadiah untuk kategori nonfiksi dalam Victoria Premier's Literary Awards, senilai 25 ribu dolar AS. Berbicara kepada BBC dari Pulau Manus, Boochani mengaku, kemenangannya ini merupakan sebuah paradoks.

"Dalam beberapa hal saya sangat senang karena bisa mendapatkan perhatian dari situasi yang buruk ini, namun di sisi lain saya merasa tidak punya hak untuk merayakan kemenangan tersebut karena saya punya banyak teman yang menderita di tempat ini," ujar Boochani, Jumat (1/2).

Boochani mengatakan, karya sastranya ditulis dalam bahasa Farsi selama bertahun-tahun. Karya tersebut dikirim kepada penerjemah, Omid Tofighian di Australia melalui pesan WhatsApp. Boochani mengaku, tidak mau menulis di atas kertas karena penjaga penjara kerap melakukan penggeledahan. Bahkan, dia juga sempat merasa khawatir ponselnya akan disita oleh penjaga.

"Saya khawatir akan kehilangan tulisan saya, sehingga lebih baik menulisnya dan mengirimkannya lewat pesan WhatsApp," kata Boochani.

Boochani ditahan pada 2013, setelah tiba ke wilayah Australia dengan sebuah kapal dari Asia Tenggara. Meski berada di dalam penjara, dia dikenal sangat kritis terhadap kebijakan imigrasi Australia. Dengan berbekal ponsel miliknya, Boochani kerap mengirimkan tulisan untuk harian Guardian, Inggris. Bahkan, dia juga menceritakan kehidupannya di penjara lewat akun Twitter pribadinya serta sempat menyutradarai film dokumenter Chauka, Please Tell US The Time.

Pada tahun lalu Amerika Serikat (AS) sepakat untuk melepaskan para pengungsi dari kamp di Pulau Manus dan Nauru. Lebih dari 100 pengungsi telah dipindahkan, namun Boochani masih menunggu keputusan lebih lanjut setelah melewati wawancara dengan pejabat AS beberapa bulan lalu. Boochani mengatakan, dia memutuskan untuk melarikan diri dari Iran karena memiliki masalah dengan pihak berwenang atas karya jurnalistiknya.

"Saya tidak ingin masuk penjara di Iran, sehingga saya memutuskan untuk pergi. Namun ketika sampai di Australia, mereka malah menempatkan saya di penjara ini selama bertahun-tahun," ujar Boochani.

Kebijakan pengungsi Australia telah menjadi sorotan oleh media di seluruh dunia, serta mendapatkan kritik dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Tak hanya itu, kebijakan tersebut juga menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia global.

Boochani ingin agar para pembaca bukunya dapat menilai para pengungsi dan pencari suaka dalam sudut pandang yang berbeda, yakni dari identitas, kemanusiaan, dan individualitas mereka. Boochani mengatakan, para pengungsi dan pencari suaka tersebut bukan orang jahat.

"Kami bukan malaikat, dan kami tidak jahat. Kami adalah manusia sederhana, kami orang yang tidak bersalah," ujar Boochani.

Para dewan juri dari Victorian Prize menggambarkan buku yang ditulis oleh Boochani memiliki analisa yang sangat kritis dengan formasi naratif. Selain itu, tulisan Boochani memadukan tradisi sastra dan ciri khas Kurdi.

Victorian Prize biasanya ditujukan untuk penulis yang berkebangsaan Australia atau penduduk tetap. Namun tahun ini, panitia Victorian Prize menerima rekomendasi dari dewan juri dan membuat pengecualian untuk karya Boochani.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement