Senin 22 Jul 2019 23:58 WIB

Cina Kritisi Demontrasi yang Serang Kantornya di Hong Kong

Sekelompok pemrotes menargetkan kantor penghubung Cina pada Ahad (21/7).

Rep: Rossi Handayani/ Red: Andri Saubani
Bentrokan antara demonstran dan polisi Hong Kong pada 21 Juli 2019
Foto: Lo Kwanho/HK01 via AP
Bentrokan antara demonstran dan polisi Hong Kong pada 21 Juli 2019

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Cina dengan keras mengkritik demonstrasi akhir pekan di mana telur dilemparkan di kantornya di Hong Kong, Senin (22/7). Mereka menuduh para demonstran tanpa menyebutkan serangan kekerasan terhadap pengunjuk rasa, dan warga sipil pada malam yang sama.

Sekelompok pemrotes menargetkan kantor penghubung China pada Ahad (21/7) malam, setelah lebih dari 100 ribu orang berbaris di kota untuk menuntut demokrasi. Mereka juga meminta penyelidikan tentang penggunaan kekuatan oleh polisi untuk membubarkan massa pada protes sebelumnya.

Surat kabar People's Daily resmi, dalam komentar halaman depan yang bertajuk 'Otoritas Pusat Tidak Dapat Ditantang', menyebut tindakan para pemrotes tidak dapat ditoleransi. Pada Ahad, pengunjuk rasa yang berusaha pulang ke rumah diserang di dalam stasiun kereta bawah tanah oleh para penyerang, yang menargetkan demonstran pro-demokrasi. Otoritas Rumah Sakit menyatakan setidaknya 45 orang terluka, 22 diantaranya tetap dirawat di rumah sakit Senin pagi, termasuk satu orang dalam kondisi kritis.

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam mengatakan, tuduhan bahwa polisi berkolusi dengan para penyerang tidak berdasar. Sebanyak 14 orang lainnya cedera saat polisi menggunakan gas air mata untuk menertibkan pengunjuk rasa di pusat Hong Kong. Polisi mengatakan di akun media sosial resminya bahwa pengunjuk rasa melemparkan batu bata dan bom bensin, serta menyerang markas polisi.

Serangan di kantor penghubung mengenai lambang nasional China, yang menggantung di bagian depan gedung, penuh dengan tinta hitam. Kemudian itu digantikan oleh yang baru dalam beberapa jam.

"Tindakan-tindakan ini secara terbuka menantang otoritas pemerintah pusat dan menyentuh garis dasar 'satu negara, dua prinsip' sistem," kata pemerintah Hong Kong dan Kantor Urusan Makau dalam sebuah pernyataan Ahad.

Lam mengulangi pernyataan yang sama kepada wartawan pada Senin, dengan menambahkan vandalisme melukai perasaan bangsa. Kerangka kerja satu negara, dua sistem, di mana bekas koloni Inggris dikembalikan ke China pada 1997, memungkinkan Hong Kong untuk mempertahankan tingkat otonomi yang adil dalam urusan lokal. Para pengunjuk rasa khawatir pemerintah pro-Beijing di Hong Kong mengabaikan hak, dan kebebasan mereka.

Sekelompok anggota parlemen pro-China mengadakan konferensi pers pada Senin yang menyerukan penghentian kekerasan. Mereka menyatakan itu merupakan pukulan terhadap reputasi Hong Kong, dan menakuti wisatawan serta investor.

Mereka mendesak polisi untuk memperketat penegakan hukum terhadap para pengunjuk rasa. "Serangan kekerasan terhadap Kantor Penghubung adalah penghinaan langsung terhadap kedaulatan negara kita," kata anggota parlemen, Regina Ip.

Dia mengatakan polisi kewalahan saat ditanya mengapa perlu setidaknya setengah jam bagi polisi untuk tiba di stasiun kereta api tempat para pemrotes diserang. "Polisi telah berada di bawah tekanan ekstrem," kata dia.

Anggota parlemen pro-demokrasi, Claudia Mo mengatakan, ada keterlibatan lebih dari nyata dari Triad, cabang kejahatan terorganisir di Hong Kong. "Apa yang terjadi semalam sepertinya tidak disengaja. Semuanya terorganisir," kata Mo.

Video serangan di lingkungan Yuen Long Hong Kong menunjukkan para pemrotes dengan kemeja hitam dipukuli oleh para pria berbaju putih memegang pipa baja dan tiang kayu. Mereka yang diserang mundur ke kereta, terintimidasi oleh gerombolan pria yang menunggu mereka di luar pintu. Para penyerang kemudian memasuki kereta dan memukuli orang-orang di dalam.

Keributan yang berkembang di Hong Kong telah memicu kekhawatiran bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China dapat melakukan intervensi. Satu brigade tentara China mengatakan pada Senin, bahwa mereka mengadakan latihan anti-terorisme di provinsi Guangdong selatan.

Grup Angkatan Darat ke-74 tidak merujuk ke Hong Kong dalam pernyataan media sosialnya. Akan tetapi komentator militer dan pensiunan perwira Yue Gang mengatakan bahwa pasukan akan dikirim ke wilayah semi-otonom jika diperlukan.

"Mengotori lambang nasional China seperti bertindak sebagai musuh bagi 1,3 miliar orang China. Mereka harus dihalangi," kata Yue.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement