Kamis 14 Jan 2021 12:04 WIB

Saat Ekstremis Kanan Bersatu Serbu Capitol Hill

Para ekstremis kanan bahu membahu menerobos gedung Capitol Hill.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pendukung Presiden AS Donald J. Trump duduk di meja Ketua DPR AS Nancy Pelosi, setelah pendukung Presiden AS Donald J. Trump melanggar keamanan Capitol AS di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Pengunjuk rasa menyerbu US Capitol di mana sertifikasi suara Electoral College untuk Presiden terpilih Joe Biden berlangsung
Foto:

Banyak orang yang menyerang Gedung Kongres memakai baju atau membawa spanduk yang memperlihatkan simbol teori konspirasi QAnon, sebuah teori tanpa dasar yang yakin Trump melawan musuh negara di dalam pemerintahan. Salah satu pelaku penerobosan memakai kaos bertuliskan 'Camp Auschwitz' yang mengacu pada kamp konsentrasi Nazi.

Mereka yang memantau percakapan online memperingatkan ancaman kekerasan dari kelompok sayap kanan belum mereda. Walaupun semakin sulit melacak mereka karena media sosial ekstrimis sayap kanan, Parler, sudah ditutup.

"Kami jelas belum keluar dari kesulitan (not out of the woods), saya khawatir sementara waktu kami harus bersiap untuk skenario yang terburuk," kata sosiolog Vanderbilt University yang mempelajari kelompok milisi AS, Amy Cooter.

FBI sudah memperingatkan pengunjuk rasa bersenjata berencana turun ke jalan di 50 negara bagian termasuk Washington saat pelantikan Presiden terpilih Joe Biden. Cooter yakin kelompok kecil yang berkumpul negara-negara bagian lain di jauh lebih berbahaya dari kelompok besar di Washington karena ibukota dijaga ketat.

Berapa banyak kelompok sayap kanan yang terlibat dalam rencana itu belum diketahui. Kelompok-kelompok individu cenderung kecil, paling banyak mengaku memiliki ratusan anggota. Tapi akhir-akhir ini semakin banyak yang terseret kemarahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement