Hasil uji coba tersebut juga menimbulkan pertanyaan mengenai kemanjuran vaksin yang beredar saat ini, seperti Pfizer/BioNTech yang telah didistribusikan di Inggris. Sementara vaksin menunjukkan kemanjuran tinggi, uji coba sebagian besar tela dilakukan sebelum varian dari Afrika Selatan menyebar luas.
Seorang peneliti di pusat medis Beth Israel Deaconess, sekolah kedokteran Universitas Harvard di Boston yang membantu mengembangkan vaksin Johnson & Johnson, Dan Barouch mengatakan, bahwa varian baru berarti ini adalah pandemi yang berbeda sekarang.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia, kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla, mengatakan ada kemungkinan besar bahwa strain baru pada akhirnya bisa berarti vaksin perusahaan itu berlebihan. "Ini belum terjadi, tapi saya pikir kemungkinan besar suatu hari hal itu akan terjadi," kata Bourla seperti dikutip laman Guardian, Ahad (31/1). Pfizer sedang mempertimbangkan apakah vaksinnya perlu diubah untuk melindungi dari varian Afrika Selatan. Terlepas dari varian baru, para ahli mengatakan bahwa vaksin yang ada masih berharga dalam perang melawan virus corona. Vaksin Johnson & Johnson 89 persen efektif dalam mencegah penyakit parah di Afrika Selatan.
"Pada akhirnya adalah menghentikan kematian, menghentikan rumah sakit agar tidak mengalami krisis dan semua vaksin ini, bahkan termasuk terhadap varian Afrika Selatan, tampaknya melakukan itu secara substansial," kata Dr Amesh Adalja, ahli penyakit menular di Johns Hopkins Pusat Keamanan Kesehatan.