Selasa 23 Feb 2021 00:10 WIB

Erdogan: Kami Ingin Hubungan Win-Win dengan AS

Erdogan menilai AS tak memberikan dukungan penuh kepada turki saat memerangi PKK.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto:

Erdogan juga mengulangi rasa frustasinya karena AS menjadi rumah tempat tinggal Fethullah Gulen. Erdogan menuduh Gulen mengatur upaya kudeta berdarah pada 2016. "Kami yakin kepentingan bersama kami dengan Amerika jauh lebih besar daripada perbedaan pendapat kami," kata Erdogan.

Hubungan antara Turki dan AS telah tegang karena sejumlah masalah dalam beberapa tahun terakhir. Pembelian sistem rudal S-400 canggih Rusia oleh Turki membuat mantan Presiden AS, Donald Trump, menjatuhkan sanksi pada industri pertahanan Turki.

Selanjutnya, pengadilan New York pada Mei akan memulai persidangan Halkbank milik negara Turki atas dugaan menghindari sanksi terhadap Iran. Penasihat kebijakan luar negeri Erdogan, Ibrahim Kalin dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan melakukan panggilan telepon bulan ini yang menandai kontak resmi pertama sejak Biden menjabat.

Sullivan menyampaikan niat pemerintah untuk memperkuat keamanan transatlantik melalui NATO. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne, Sullivian mengungkapkan keprihatinan bahwa akuisisi Turki atas sistem rudal permukaan-ke-udara Rusia S-400 merusak kohesi dan efektivitas aliansi.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membahas perselisihan S-400 dan isu lainnya selama panggilan telepon pertama mereka. Diskusi itu muncul setelah pernyataan AS yang menimbulkan pertanyaan tentang keaslian berita jika pembunuhan 13 warga negara Turki baru-baru ini memang oleh PKK, yang secara terbuka dikritik Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement