Namun, upaya untuk menjaga persatuan DK di Myanmar, para diplomat mengatakan, sanksi tidak mungkin dipertimbangkan dalam waktu dekat. Kondisi ini mempertimbangkan kemungkinan penentangan oleh China dan Rusia yang memiliki hak veto.
"Semua pihak harus bersikap tenang dan menahan diri. Kami tidak ingin melihat ketidakstabilan, bahkan kekacauan di Myanmar," kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun, menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan PBB.
Menurut PBB, lebih dari 50 pengunjuk rasa telah meninggal dunia, dengan 38 orang pada Rabu (3/3) saja. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan penghormatan pada hasil pemilihan November yang dimenangkan partai
pemimpin sipil itu secara telak, tetapi ditolak oleh tentara.
Militer Myanmar mengatakan telah menahan diri dalam menghentikan protes. Namun, mereka menegaskan tidak akan membiarkan demonstran mengancam stabilitas. Setidaknya satu orang meninggal oleh pasukan keamanan dalam protes pada Jumat. Menurut laporan media lokal, seorang pejabat dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi dan keponakan juga ditikam sampai mati oleh pendukung militer.