Sabtu 06 Mar 2021 16:56 WIB

DK PBB Diminta Tindak Tegas Junta Myanmar

Pembunuhan pengunjuk rasa telah memicu kemarahan internasional.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang duduk di pembatas jalan darurat yang dibangun untuk mencegah pasukan keamanan memasuki daerah di Mandalay, Myanmar, 5 Maret 2021. Protes antikudeta terus berlanjut pada 05 Maret meskipun tindakan keras terhadap demonstran semakin meningkat oleh pasukan keamanan. Lebih dari 50 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021.
Foto:

Namun, upaya untuk menjaga persatuan DK di Myanmar, para diplomat mengatakan, sanksi tidak mungkin dipertimbangkan dalam waktu dekat. Kondisi ini mempertimbangkan kemungkinan penentangan oleh China dan Rusia yang memiliki hak veto.

"Semua pihak harus bersikap tenang dan menahan diri. Kami tidak ingin melihat ketidakstabilan, bahkan kekacauan di Myanmar," kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun, menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan PBB.

Menurut PBB, lebih dari 50 pengunjuk rasa telah meninggal dunia, dengan 38 orang pada Rabu (3/3) saja. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan penghormatan pada hasil pemilihan November yang dimenangkan partai

pemimpin sipil itu secara telak, tetapi ditolak oleh tentara.

Militer Myanmar mengatakan telah menahan diri dalam menghentikan protes. Namun, mereka menegaskan tidak akan membiarkan demonstran mengancam stabilitas. Setidaknya satu orang meninggal oleh pasukan keamanan dalam protes pada Jumat. Menurut laporan media lokal, seorang pejabat dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi dan keponakan juga ditikam sampai mati oleh pendukung militer.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement