Kamis 20 May 2021 13:02 WIB

Sistem Kesehatan Gaza Kewalahan Tangani Korban Serangan

Sistem kesehatan Gaza kekurangan obat-obatan penting dan bahan bakar

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Seorang petugas medis Palestina memberikan perawatan kepada seorang gadis yang terluka di ICU rumah sakit Shifa, Kamis, 13 Mei 2021, di Kota Gaza.
Foto:

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 227 warga Palestina, termasuk 64 anak-anak telah gugur dalam serangan udara. Sementara lebih dari 1.600 lainnya mengalami luka-luka. Di sisi lain 12 warga Israel telah terbunuh oleh roket. Pengeboman itu telah membuat lebih dari 56 ribu warga Gaza melarikan diri dari rumah mereka.

Ribuan warga yang melarikan diri saat ini berada di 59 sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan dan dikelola oleh UNRWA. Badan PBB tersebut memberi mereka air dan perlengkapan kebersihan dasar, termasuk masker untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Sejauh ini, serangan Israel tidak merusak fasilitas kesehatan secara langsung seperti pertempuran pada 2014. Ketika itu banyak rumah sakit dan klinik terkena serangan langsung dari pengeboman Israel.

Serangan Israel kali ini telah merusak sedikitnya 18 rumah sakit dan klinik, di mana tiga pusat perawatan kesehatan di Gaza telah rata dengan tanah. Hampir separuh dari persediaan obat yang esensial telah habis.

Kepala Pencegahan Medis di Kementerian Kesehatan Majdi Dhair mengatakan di antara situs yang rusak adalah klinik perawatan kesehatan yang dapat menguji Covid-19. Akibatnya pengujan virus corona saat ini harus berhenti.

“Ini seperti bom waktu karena orang tidak diuji dan mereka yang terinfeksi tidak akan tahu bahwa mereka terinfeksi,” kata Dhair.

Hingga Senin (17/5) ketika klinik itu rusak, Gaza telah mencatat lebih dari 105 ribu infeksi virus corona, termasuk 986 kematian. Sekitar 80 orang berada dalam kondisi kritis karena virus tersebut. Pertempuran juga telah membuat upaya vaksinasi Covid-19 di Gaza menjadi terhenti.

Hanya sekitar setengah dari pusat perawatan primer yang dijalankan pemerintah yang beroperasi. Enam belas dari 22 pusat perawatan kesehatan UNRWA beroperasi pada Rabu (18/5). Sebanyak 13 rumah sakit milik pemerintah tetap beroperasi, meskipun beberapa mengalami kerusakan.

Hingga Senin, 16 rumah sakit swasta atau yang dikelola LSM telah berfungsi. Namun rumah sakit membutuhkan persediaan medis darurat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 40 obat-obatan utama yang dibutuhkan oleh rumah sakit di Gaza, di antaranya anestesi, antibiotik, jahitan, dan kantong darah. Kebutuhan lainnya adalah bahan bakar untuk memastikan listrik tetap menyala. Selama pertempuran, suplai listrik rumah sakit di Gaza bergantung pada generator yang harus diisi dengan bahan bakar.

UNRWA telah memasok lima truk bahan bakar yang diperkirakan cukup untuk menyuplai listrik ke rumah sakit selama beberapa pekan. Dua hari lalu, Mesir mengirim pasokan medis dan bahan bakar. Perbatasan Gaza dengan Israel telah ditutup selama pertempuran. Hal ini menjadi kendala dalam pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza.

"Jika perbatasan tetap ditutup, persediaan akan mulai habis dan kami akan membutuhkan apa yang disebut koridor kemanusiaan terbuka untuk membawa barang," kata Schmale.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement