“Harus ada mobilisasi miliaran dolar untuk membangun kembali Gaza, yang luka-lukanya belum sembuh dari perang sebelumnya. Kami melihat siklus kehancuran dan rekonstruksi di wilayah tersebut dan ini adalah serangan sistematis dan menghancurkan keempat kalinya dalam 12 tahun. "
Aktivis hak asasi manusia juga mengingatkan dunia bahwa meskipun serangan telah berakhir, warga Palestina masih mengalami pembersihan etnis di tangan pasukan pendudukan Israel.
Warga Palestina masih diduduki secara militer dan mengalami penggusuran di Syekh Jarrah dan penggusuran di tempat lain akan terus berlanjut "tanpa konsekuensi apa pun kepada Israel karena dia menikmati kekebalan."
Gencatan senjata tidak mengatasi masalah-masalah yang telah terjadi saat ini dan warga Palestina harus berurusan dengan genosida yang sedang berlangsung tanpa dukungan apa pun, kata Al-Dwaik.
Bennis membahas kejahatan apartheid Israel dan mengatakan perhatian dan fokus internasional sekarang tertuju pada pelanggaran hukum internasional.
Komunitas internasional, terutama Amerika Serikat (AS), katanya, ikut terlibat dalam memungkinkan terjadinya apartheid di Israel dan wilayah pendudukan Palestina.
“Apartheid ada ketika Anda memiliki satu wilayah, satu kekuatan mengendalikan wilayah itu dan Anda memiliki dua sistem hukum berbeda yang berlaku untuk dua kelompok orang yang berbeda berdasarkan ras dan etnis mereka untuk tujuan dan dominasi satu kelompok ras atas yang lain. Begitulah gambaran kebijakan Israel terhadap Palestina, dari sungai hingga laut,” kata Bennis.
Apartheid Israel telah dibahas selama lebih dari 20 tahun oleh tokoh-tokoh internasional seperti Uskup Agung Desmond Tutu dan mantan pejuang dan pemimpin kemerdekaan Afrika Selatan Nelson Mandela, kata dia.