Kamis 10 Jun 2021 09:05 WIB

Oposisi Rusia Dibredel, Pendukung Navalny Dicap Ekstremis

Pengadilan menilai organisasi Navalny menghasut kebencian dan lakukan aksi ekstemis

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
FILE- Dalam foto file ini diambil pada Kamis, 26 Desember 2019, petugas keamanan Rusia berjalan di kantor Yayasan Pemberantasan Korupsi di Moskow, Rusia. Pengadilan di Moskow telah memutuskan Selasa 27 April 2021, untuk membatasi aktivitas organisasi yang didirikan oleh pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny yang dipenjara, sambil menunggu keputusan apakah organisasi itu harus dilarang sebagai kelompok ekstremis.
Foto:

Putin populer

Laporan kontributor Aljazirah, Bernard Smith, mengatakan Putin tetap populer menjelang pemilihan 19 September. Namun tetap ada kekhawatiran partainya, Rusia Bersatu, akan kehilangan kursi.

"Ini adalah upaya lain untuk mencegah ancaman apa pun kepada mereka dan memotong oposisi vokal. Jadi di setiap kesempatan, orang-orang yang sebelumnya mampu berbicara di Rusia menentang Putin dan partai yang berkuasa telah dibungkam," kata Smith tentang putusan itu.

Salah satu pengacara Navalny, Yevgeny Smirnov, mengatakan selama persidangan bahwa mosi jaksa dimaksudkan untuk melarang rekan Navalny mencalonkan diri untuk jabatan publik. "Kasus ini telah dikaitkan dengan undang-undang yang melarang semua orang yang terkait dengan Yayasan Pemberantasan Korupsi untuk dipilih," katanya.

Kantor Navalny di puluhan wilayah Rusia sudah ditutup pada April setelah jaksa mengeluarkan perintah untuk menangguhkan kegiatan mereka sambil menunggu keputusan pengadilan. Namun, para rekan pemimpin oposisi telah berjanji untuk melanjutkan pekerjaan mereka dalam format yang berbeda.

Yayasan yang dimulai 10 tahun lalu, tanpa henti menargetkan pejabat senior pemerintah. Mereka menampilkan video penuh warna dan ditonton secara luas yang merinci tuduhan korupsi. Salah satu produksi terbarunya yang telah ditonton 117 juta kali di YouTube, mengklaim bahwa sebuah istana mewah di tepi Laut Hitam dibangun untuk Putin melalui skema korupsi yang rumit. Kremlin membantah bangunan itu memiliki hubungan dengan Putin.

Navalny juga mengandalkan kantornya di seluruh Rusia untuk mengorganisir protes anti-Kremlin dan menerapkan strategi Smart Voting. Cara itu adalah sebuah proyek untuk mendukung para kandidat yang kemungkinan besar akan mengalahkan kandidat anggota parlemen yang berasal dari partai Rusia Bersatu yang dominan di Kremlin dalam berbagai pemilihan. Dwina Agustin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement