Moise berkuasa setelah pemilihan presiden yang kontroversial di Haiti pada 2015. Sebelum menjabat, dia adalah pebisnis di bidang pertanian dan industri, dan pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Kamar Dagang dan Industri Haiti.
Dengan dukungan mantan presiden Michel Martelly, Moise mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari partai yang dibentuk Martelly, Tet Kale, yang berhaluan liberal pada 2015.
Moise memperoleh suara terbanyak dalam pemilu dengan 32,8 persen suara di putaran pertama mengalahkan 53 kandidat lainnya.
Namun, karena kontroversi hasil pemilu, dia memegang jabatan kepresidenan sementara pada 2016. Kemudian, pada Februari 2017, dia baru memulai tugasnya secara resmi.
Akibatnya, Moise mengklaim masa jabatannya seharusnya berakhir pada Februari 2022, sedangkan partai-partai oposisi berpendapat bahwa dia seharusnya meninggalkan jabatannya Februari tahun ini.
Oposisi di Haiti menuding Moise berusaha mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan membatasi kekuasaan pengadilan yang mengawasi tindakan pemerintah dan dengan mendirikan badan intelijen yang bertindak di bawahnya.
Haiti telah mengalami pergolakan politik, krisis ekonomi, dan bencana alam selama beberapa dekade.
Selama masa kepresidenan Moise, pendapatan harian hampir 60 persen populasi Haiti hanya di bawah 2 dolar AS. Krisis tersebut kemudian diperparah pandemi Covid-19, menjadikannya salah satu negara termiskin di Belahan Barat.
Moise dibunuh di kediamannya oleh orang-orang bersenjata tak dikenal. Ibu Negara, Martine Moise, juga terluka dalam insiden itu, dan kini sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
*Ditulis oleh Dilan Pamuk di Ankara