Jumat 16 Jul 2021 06:05 WIB

Usai Netanyahu Lengser, Hubungan Yordania-Israel Mulai Pulih

Raja Yordania tertarik pada perwalian Masjid al-Aqsa dan solusi dua negara

Red: Nur Aini
Hubungan Israel-Yordania diwarnai ketegangan selama masa jabatan mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berlangsung sekitar 12 tahun sejak 2009 hingga 2021.

Sikap Yordania tersebut muncul sebagai tanggapan atas sikap Netanyahu yang menghalangi kunjungan Putra Mahkota Yordania Al Hussein bin Abdullah yang telah dijadwalkan ke Masjid al-Aqsha.

Namun, ini bukan perselisihan pertama. Pada Juli 2017, perselisihan sengit muncul setelah pemerintah Netanyahu berusaha memasang gerbang penjagaan elektronik di pintu masuk Masjid al-Aqsa.

Yordania adalah salah satu dari sedikit negara yang sangat menentang rencana mantan Presiden AS Donald Trump, yang dikenal sebagai "Kesepakatan Abad Ini", yang menyebabkan kemarahan Amerika dan Israel pada raja Yordania.

Dalam beberapa tahun terakhir, media Israel telah mengindikasikan bahwa Raja Yordania telah menolak lebih dari satu kali untuk berbicara melalui telepon atau bertemu dengan Netanyahu.

Tetapi Presiden AS saat ini Joe Biden telah secara terbuka menyatakan sejak hari pertama bahwa ia mendukung solusi dua negara, Palestina dan Israel.

Surat kabar Israel, "The Jerusalem Post", mengatakan pada Jumat lalu: "Pertemuan seperti itu antara mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Raja Abdullah jarang terjadi dan tidak terjadi selama beberapa tahun karena meningkatnya ketegangan antara kedua negara."

Dia menambahkan, "Dalam pertemuan itu, Bennett dan Abdullah II sepakat bahwa kedua negara harus menyembuhkan keretakan. Sebagai langkah awal ke arah ini, mereka berbicara tentang kesepakatan air."

Surat kabar Israel berbahasa Inggris mengutip David Makovsky, seorang analis di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, yang percaya bahwa "Biden ingin memberi sinyal dukungannya bagi Yordania, yang dipandang sebagai sekutu pro-Amerika."

Makovsky menambahkan, "Sementara hubungan keamanan tetap baik, saya yakin bahwa pemerintah berharap untuk meningkatkan hubungan pribadi di era pasca-Netanyahu antara kepemimpinan Yordania dan Israel."

Pada gilirannya, Amos Gilad, mantan kepala Divisi Politik dan Keamanan Kementerian Pertahanan Israel, mengatakan "Jika pertemuan (antara Bennett dan Raja Abdullah) benar-benar terjadi, itu akan menjadi kontribusi penting bagi posisi strategis Israel."

Gilad menambahkan kepada Perusahaan Penyiaran Israel, Jumat: "Pada pemerintahan sebelumnya, hubungan kami runtuh dan kami kehilangan tanah, dan hubungan antara kedua negara harus diperkuat demi kami."

Pada tahun 1994 kedua negara, Yordania-Israel, menandatagani perjanjian damai.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/setelah-netanyahu-lengser-hubungan-yordania-israel-mulai-pulih/2305162
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement