Selasa 27 Jul 2021 14:18 WIB

Bencana Marak, PBB Mulai Diskusikan Perubahan Iklim

Gelombang panas, banjir, dan kekeringan ekstrem telah terjadi di tiga benua.

Seorang anak ikut dalam aksi di Brisbane, Australia,  menyelamatkan bumi dari perubahan iklim global (Ilustrasi)
Foto:

Selain itu, ada Traktat 2015 yang memuat batasan aspirasional pada pemanasan sebesar 1,5 derajat Celsius. Laporan khusus IPCC pada tahun 2018 juga menunjukkan betapa lebih dahsyatnya dampak pertambahan 2 derajat Celcius bagi kehidupan umat manusia dan planet ini.

Batasan aspirasional 1,5 derajat Celcius menjadi target de facto dan bukti pengaruh IPCC dalam membentuk kebijakan global, kata penulis utama IPCC dan profesor Universitas Maynooth Peter Thorne.

Para ilmuwan telah menghitung bahwa emisi gas rumah kaca harus turun 50 persen pada tahun 2030, dan dihapus seluruhnya pada tahun 2050 agar tetap berada dalam kisaran 1,5 derajat Celsius.

Sains telah banyak berubah

Selain itu, perubahan besar selama tujuh tahun belakangan ini ada dalam sains itu sendiri. "Hari ini kita punya model proyeksi iklim yang lebih baik, dan pengamatan yang lebih lama dengan sinyal perubahan iklim yang jauh lebih jelas," kata ahli iklim Robert Vautard, juga penulis utama IPCC dan direktur Institut Pierre-Simon Laplace Prancis.

Terobosan ini memungkinkan para ilmuwan untuk pertama kalinya bisa dengan cepat mengukur sejauh mana perubahan iklim telah mendorong intensitas atau kemungkinan peristiwa cuaca ekstrem. 

Misalnya, dalam beberapa hari setelah gelombang panas mematikan yang menghanguskan Kanada dan AS bagian barat bulan lalu, konsorsium Atribusi Cuaca Dunia menghitung bahwa gelombang panas hampir tidak mungkin terjadi tanpa kontribusi manusia.

Namun analisis fakta tetap tidak sama dengan prediksi ke masa depan. IPCC telah dikritik oleh beberapa orang karena meremehkan potensi bahaya, sebuah tindakan berulang yang dikritik oleh sejarawan sains Harvard, Naomi Oreskes.

"Kita mungkin mendekati titik kritis"

Mulai Senin, perwakilan dari 195 negara, dengan para ilmuwan terkemuka, akan memeriksa 20 hingga 30 halaman laporan tentang perubahan iklim. Pertemuan virtual pada putaran pertama ini mencakup bidang ilmu fisika. Dokumen itu diharapkan bisa dirilis pada 9 Agustus 2021.

Bagian kedua dari laporan ini, yang akan diterbitkan pada Februari 2022, mencakup dampak. Sementara bagian ketiga, yang akan diumumkan bulan berikutnya, membahas solusi untuk mengurangi emisi.

Selain itu, pertemuan tersebut juga akan membahas fokus baru pada apa yang disebut peristiwa "probabilitas rendah, berisiko tinggi", seperti pencairan lapisan es yang tidak dapat diubah yang dapat meningkatkan permukaan laut beberapa meter, dan pembusukan lapisan es yang sarat dengan gas rumah kaca.

"Umpan balik yang memperkuat perubahan (menunjukkan dampak yang) lebih kuat dari yang kita duga dan kita mungkin mendekati beberapa titik kritis," kata Tim Lenton, Direktur Institut Sistem Global Universitas Exeter.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/pbb-buka-diskusi-ilmiah-perubahan-iklim-di-tengah-banjir-dan-kebakaran-ekstrem/a-58646215

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement