Kamis 12 Aug 2021 06:17 WIB

Prediksi Jatuhnya Kabul ke Tangan Taliban dan Respons Biden 

Taliban kuasai lebih banyak wilayah Afghanistan Pascakeluarnya Amerika Serikat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Taliban kuasai lebih banyak wilayah Afghanistan Pascakeluarnya Amerika Serikat. Ilustrasi Taliban

Washington memperhatikan pertarungan yang diperpanjang dan kemungkinan kesepakatan yang dinegosiasikan antara Taliban dan pemerintah saat ini. 

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan serangan itu bertentangan dengan semangat kesepakatan 2020. Taliban berkomitmen melakukan pembicaraan tentang kesepakatan damai yang akan mengarah pada gencatan senjata permanen dan komprehensif.  "Semua indikasi setidaknya menunjukkan bahwa Taliban malah mengejar kemenangan di medan perang," kata Price.  

Price mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja untuk menempa konsensus internasional di balik perlunya kesepakatan damai. Taliban telah merebut distrik-distrik yang berbatasan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Iran, Pakistan, dan Cina, meningkatkan kekhawatiran keamanan regional.  

Utusan dari Amerika Serikat, China, Rusia, dan negara-negara lain bertemu di Doha dengan negosiator Taliban dan pemerintah Afghanistan. Upaya ini dalam langkah  memecahkan kebuntuan selama berbulan-bulan dalam pembicaraan damai. 

Sumber keterangan dari Barat menyatakan, semua pintu gerbang ke Kabul, yang terletak di lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, dipenuhi warga sipil yang melarikan diri dari kekerasan. Sulit untuk mengatakan apakah Taliban juga berhasil melewatinya.  

"Ketakutannya adalah pelaku bom bunuh diri memasuki markas diplomatik untuk menakut-nakuti, menyerang, dan memastikan semua orang pergi secepat mungkin," kata sumber tersebut. 

Kecepatan kemajuan Taliban telah mengejutkan pemerintah dan sekutunya. Kelompok yang menguasai sebagian besar Afghanistan dari 1996 hingga 2001 digulingkan karena menyembunyikan pemimpin Alqaeda Osama bin Laden setelah 11 September. Kini mereka ingin mengalahkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat dan menerapkan kembali hukum Islam yang ketat di Afghanistan. 

PBB mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir. Komite Internasional Palang Merah mengatakan bahwa sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan  

 

Taliban membantah menargetkan atau membunuh warga sipil dan menyerukan penyelidikan independen. Juru bicara Taliban Suhail Shaheen menegaskan kelompok itu tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun. "Melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati," katanya.   

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement