2. Kemampuan tak merata dan kurang motivasi
Bulan lalu Presiden AS Joe Biden optimistis bahwa kapasitas militer Afghanistan, lebih kompeten dalam menghadapi perang. Karena mereka lebih terlatih, dan memiliki persenjataan yang lengkap.
Namun pasukan Afghanistan yang benar-benar terlatih atau pasukan khusus hanya berjumlah sekitar 56 ribu. Sementara kinerja divisi militer lainnya kurang menggembirakan. Sebagian besar pengamat mengatakan, pasukan keamanan Afghanistan kurang memiliki motivasi untuk berperang.
“Mereka dimaksudkan untuk duduk di pos pemeriksaan dan bertindak sebagai representasi statis dari kehadiran pemerintah. Dipahami bahwa mereka tidak bertarung secara efektif, dan bahwa mereka bukan kekuatan ofensif," kata Watkins.
Hal ini menyebabkan rutinitas yang terlalu sering terjadi di medan perang yaitu pasukan khusus mengusir Taliban dari suatu daerah, beberapa saat kemudian personel keamanan lainnya, seperti tentara, polisi, atau milisi lokal yang kurang terlatih masuk ke daerah itu untuk melakukan pengamanan.
Ketika Taliban melakukan serangan balik, tentara, polisi, atau milisi lokal yang kurang terlatih tersebut konflik justru melarikan diri.