Rabu 18 Aug 2021 11:08 WIB

Di Balik Perubahan Sikap China Terhadap Taliban

China dulu menolak mengakui kekuasaan Taliban, namun saat ini sudah berubah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.
Foto:

Afghanistan bisa menjadi ujian terbesar bagi model diplomatik China yang mengedepankan pinjaman, komoditas dan kesepakatan infrastruktur ketimbang tuntutan untuk kebijakan liberal. 

Menurut Stimson Center, jika Taliban mengejar kebijakan moderat terhadap perempuan dan mencapai stabilitas politik, Beijing kemungkinan mempertimbangkan untuk berinvestasi. Hal ini serupa yang telah dilakukan China di Pakistan.

"Pendekatan China adalah, 'Melalui infus ekonomi kami menciptakan jalan, kami menciptakan infrastruktur, dan kami memastikan setiap orang memiliki pekerjaan'. Dan jika semua orang pergi bekerja jam sembilan pagi dan pulang jam 6 sore, mereka tidak punya waktu untuk memikirkan terorisme," ujar pernyataan Stimson Center.

Stabilitas Afghanistan adalah kunci untuk melindungi proyek Belt and Road yang diinisiasi Cina, senilai lebih dari 50 miliar dolar AS. Proyek ini membangun rute darat penting dari dan ke Samudra Hindia.  

Ketika para pejuang Taliban menguasai Kabul, sejumlah unggahan yang membandingkan  peristiwa pengambilalihan Beijing oleh Mao Zedong pada 1949 beredar di media sosial Cina. Sementara itu, media pemerintah Cina menyebut bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan adalah lonceng kematian bagi penurunan hegemoni AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement