Senin 23 Aug 2021 01:55 WIB

Evakuasi Kacau, AS Peringatkan Warga Hindari Bandara Kabul

AS khawatir dengan kemungkinan serangan ISIS Afghanistan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam gambar yang disediakan oleh Marinir AS ini, seorang Marinir yang ditugaskan ke Satuan Tugas-Tanggapan-Pusat Tanggap Krisis Angkatan Udara Tujuan Khusus membantu para pengungsi selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021.
Foto:

Pejabat senior AS mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi 2.500 warga Amerika dari Kabul selama sepekan terakhir. Mereka juga menegaskan bahwa Washington berjuang melawan ruang dan waktu untuk mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan.

Mayor Jenderal Angkatan Darat William Taylor, dengan Staf Gabungan militer AS, mengatakan kepada Pentagon bahwa 3.800 orang telah dievakuasi dengan penerbangan militer dan carteran AS dari Kabul dalam 24 jam terakhir. Sehingga, jumlah total orang yang telah dievakuasi dari Kabul menjadi 17 ribu dalam misi terakhir ini.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengaku tidak memiliki angka sempurna tentang berapa banyak orang Amerika yang tersisa di negara itu. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa secara matematis tidak mungkin bagi AS dan sekutunya untuk mengevakuasi puluhan ribu personel dan keluarga Afghanistan pada batas waktu 31 Agustus 2021.

Berbicara dari Spanyol dalam sebuah wawancara telepon, Borrel mengatakan mereka telah mengajukan komplain kepada Amerika bahwa pengamanan mereka di bandara Kabul terlalu ketat dan menghambat upaya warga Afghanistan yang bekerja untuk orango-orang Eropa untuk masuk.

Sementara itu, seorang pejabat Taliban berbicara kepada kantor berita Reuters, bahwa risiko keamanan tidak dapat dikesampingkan. Namun, kelompok itu menegaskan mereka bertekad untuk memperbaiki situasi dan memberikan jalan keluar yang mulus bagi orang-orang yang mencoba meninggalkan Afghanistan selama akhir pekan ini.

Di sisi lain, Taliban masih berupaya untuk menyiapkan sebuah pemerintahan baru. Salah satu pendiri kelompok ini, Mullah Baradar, telah tiba di Kabul pada Sabtu untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Taliban lainnya.

Taliban mampu menyapu seluruh negeri dengan waktu singkat, ketika pasukan pimpinan AS ditarik keluar. Hal itu digambarkan Kanselir Jerman Angela Merkel sebagai 'kehancuran yang menakjubkan' dari tentara Afghanistan.

Kendali Taliban di Afghanistan ini telah memicu ketakutan akan pembalasan yang bisa dilakukan pemerintah berkuasa ke depan dan kembalinya versi keras dari hukum Islam yang sebelumnya diterapkan Taliban ketika berkuasa 20 tahun lalu.

Abdul Qahar Balkhi, dari komisi budaya Taliban, mengakui bahwa bandara Kabul tetap menjadi titik nyala. Akan tetapi, ia menyebut kekacauan itu adalah masalah yang diciptakan oleh AS karena terburu-buru untuk mengevakuasi ribuan orang.

"Saya pikir sangat disayangkan orang-orang terburu-buru ke bandara seperti saat ini. Kami telah mengumumkan amnesti umum untuk semua orang, di pasukan keamanan dari tingkat senior hingga junior. Ketakutan ini, histeria yang terjadi ini tidak berdasar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement