Jumat 03 Sep 2021 13:49 WIB

Perdana Menteri Yoshihide Suga akan Mengundurkan Diri

Suga mengumumkan niatnya mundur pada pertemuan darurat anggota senior LDP

Rep: Dwina Agustin/Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Foto:

"Melakukan keduanya membutuhkan energi yang sangat besar dan saya telah memutuskan saya hanya harus memilih satu atau yang lain," tutur Suga. "Seperti yang telah saya katakan berulang kali kepada orang-orang, melindungi kehidupan dan kesehatan orang adalah tanggung jawab saya sebagai perdana menteri, dan itulah yang akan saya dedikasikan," imbuhnya.

Suga berbicara kepada sekelompok wartawan selama kurang dari dua menit di kantornya dan meninggalkan tempat itu di tengah teriakan untuk penjelasan lebih lanjut. Dia menyebut akan mengadakan konferensi pers paling cepat pekan depan.

Suga mulai menjabat tahun lalu menggantikan PM Shinzo Abe yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Terpilihnya Suga yang berusia 72 tahun sebagai perdana menteri tahun lalu mengakhiri karier politiknya yang panjang.

Sebelum menduduki jabatan tertinggi, dia menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet. Dia telah mendapatkan reputasi yang menakutkan karena menggunakan kekuasaannya untuk mengendalikan birokrasi Jepang yang luas dan kuat. Sebagai putra seorang petani stroberi dan seorang guru sekolah, Suga dibesarkan di perdesaan Akita di Jepang utara dan melanjutkan ke perguruan tinggi setelah pindah ke Tokyo dengan bekerja di sebuah pabrik.

Citra Suga sebagai operator politik cerdas yang mampu mendorong reformasi dan menghadapi birokrasi yang kolot mendorong dukungannya hingga 74 persen saat menjabat. Awalnya, janji-janji populis seperti tarif telepon seluler yang lebih rendah dan asuransi untuk perawatan kesuburan disambut baik.

Namun mengeluarkan para ahli yang kritis terhadap pemerintah dari panel penasihat dan berkompromi dengan mitra koalisi junior mengenai kebijakan biaya perawatan kesehatan untuk orang tua akhirnya menuai kritik. Penundaannya dalam menghentikan program perjalanan domestik "Go To" membuat kondisi sangat terpukul, sementara masyarakat semakin lelah dengan keadaan darurat yang merugikan bisnis.

Baca juga : Peneliti Israel: Setelah Kabul, Islam Ingin Taklukkan Roma

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement