Rabu 08 Sep 2021 11:05 WIB

Presiden Brasil Kumpulkan Pendukung di Tengah Krisis Politik

Presiden Brasil terlibat perselisihan dengan Mahkamah Agung

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbicara kepada para pendukungnya di luar istana kepresidenan Planalto di Brasilia, Brasil, Senin, 6 September 2021.
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbicara kepada para pendukungnya di luar istana kepresidenan Planalto di Brasilia, Brasil, Senin, 6 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendapat sambutan meriah dari puluhan ribu orang di Ibu Kota Brasilia pada Selasa (7/9), yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan. Ia memberikan pidato untuk para pendukungnya, mengecam pengadilan tinggi, sebagai bentuk perselisihan dengan Mahkamah Agung negara itu. 

Di hadapan para pendukungnya, Bolsonaro menunjukkan kekuatannya yang dinilai masih cemerlang di Brasil. Ia mengatakan bahwa negara tidak dapat lagi menerima tindakan pemenjaraan politik, sebuah referensi untuk penangkapan yang diperintahkan oleh Hakim Alexandre de Moraes. 

Baca Juga

Menurut Bolsonaro, hal itu bisa membuat pengadilan menderita, seperti yang tidak diinginkan. Orang-orang yang hadir kemudian ikut menerakkan ‘Alexandre out’ atau keluar. Beberapa pendukung bahkan terlihat membawa spanduk yang menyerukan intervensi militer agar dapat mengamankan kekuasaan sang presiden. 

 

Bolsonaro telah meminta Senat untuk memakzulkan de Moraes, yang telah memenjarakan beberapa pendukung presiden karena diduga mendanai, mengorganisir atau menghasut kekerasan atau menyebarkan informasi palsu. Di Sao Paulo, di mana ia dijadwalkan untuk berpidato di hari yang sama pada sore hari waktu setempat, para pendukung berdesakan di pusat kota Avenue Paulista yang nampaknya jauh lebih besar daripada yang ada di Brasilia.

 

Sementara di Rio de Janeiro, para pendukung Bolsonaro berkumpul di jalan di sepanjang Pantai Copacabana. Ketiga kota juga menampilkan protes yang lebih kecil terhadap presiden.

 

Bolsonaro menghabiskan hampir dua bulan menyerukan kepada para pendukung untuk mengambil bagian dalam demonstrasi di seluruh negeri pada Hari Kemerdekaan yang dapat menunjukkan daya tarik politiknya berkelanjutan, meskipun peringkat jajak pendapat terhadapnya telah merosot. Kritikus khawatir bahwa berkumpulnya para pendukung ini kemudian bisa berubah menjadi kekerasan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement