Rabu 27 Oct 2021 10:54 WIB

Tajikistan Lantang Kontra Pemerintahan Taliban, Mengapa?

Tajikistan tidak akan mengakui pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Tajikistan tidak akan mengakui pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban. Ilustrasi Pasukan Taliban.
Foto:

Taliban telah menanggapi dengan mengatakan mereka tidak akan menoleransi campur tangan dalam urusan internal Afghanistan dan mengirim pasukan ke perbatasan Tajik. Tajikistan juga secara aktif menunjukkan kesiapan militernya. 

Untuk pertama kalinya sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 1991, Tajikistan menempatkan ratusan ribu tentaranya dalam keadaan siaga dan menarik pasukan cadangannya untuk menguji kesiapan tempur mereka. Dua puluh ribu tentara dikirim ke perbatasan Afghanistan. 

Rahmon secara pribadi mengunjungi wilayah perbatasan negara itu untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, berbicara kepada pasukan, dan meninjau parade militer. Namun demikian, terlalu dini untuk mengatakan bahwa Tajikistan dan Afghanistan berada di ambang perang. 

Terlepas dari retorika keras Rahmon, dia dan pejabat tinggi Tajik lainnya bertindak sangat hati-hati dan menghindari referensi langsung ke Taliban. Mereka juga membatasi kritik pada fakta bahwa pemerintah baru Afghanistan tidak cukup inklusif terhadap etnis minoritas di negara itu.

Banyak pernyataan berani Dushanbe tetap di atas kertas. Janji untuk menerima 100 ribu pengungsi, misalnya, sepertinya tidak akan terpenuhi dalam waktu dekat.

Menteri Dalam Negeri Tajikistan, Ramazon Rahimzoda, mengatakan pada September bahwa Tajikistan tidak dapat menerima pengungsi atau pencari suaka dalam jumlah besar. 

Karena dalam dua puluh tahun, tidak ada satu organisasi internasional pun yang memberikan bantuan praktis dalam menciptakan infrastruktur untuk menampung pengungsi dan pencari suaka. Kenyataannya, Dushanbe mengirim ribuan pengungsi kembali ke Afghanistan.

Tajikistan juga menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan perdagangan dengan Pemerintah Afghanistan yang baru, meskipun Afghanistan hanya menyumbang 1,5 persen dari total volume perdagangan negara itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement