Kamis 28 Oct 2021 06:27 WIB

PBB Peringatkan Dunia Hadapi Kenaikan Suhu 2,7 Celsius

PBB mengatakan rencana nasional mengurangi polusi karbon hanya janji.

Rep: Eva Rianti / Red: Ani Nursalikah
PBB Peringatkan Dunia Hadapi Kenaikan Suhu 2,7 Celsius. Seorang pria berfoto dengan smartphone-nya sambil duduk di bangku di tepi sungai Rhine yang banjir di Cologne, Jerman, Rabu, 3 Februari 2021. Gelombang pasang akibat hujan dan mencairnya salju mengancam pelayaran komersial terbesar di Jerman itu. sungai Rhine.
Foto:

Pemerintah akan menjadi sorotan pada Konferensi COP26 minggu depan untuk memenuhi tenggat waktu tahun ini untuk berkomitmen pada janji pengurangan gas rumah kaca yang lebih ambisius. Itu menjadi kesempatan terakhir untuk menempatkan dunia di jalur pembatasan pemanasan hingga 1,5 Celsius (2,7 fahrenheit) di atas tingkat pra-industri.

Ilmuwan menyebut hal itu akan membantu mencegah perubahan bencana yang dibayangkan terburuk dan mengancam bumi. Sebab, peritiswa cuaca ekstrem, termasuk badai super, kebakaran hutan, dan banjir semakin melanda negara-negara di seluruh dunia, bahkan peningkatan suhu global sekecil apapun akan memperburuk situasi.

Organisasi Meteorologi Dunia PBB mengatakan, menjelang acara Konferensi COP26, konsentrasi gas rumah kaca mencapai rekor tahun lalu dan dunia disebut ‘jauh dari jalur’ dalam membatasi kenaikan suhu. Jika semua janji oleh negara di bawah Perjanjian Paris diambil bersama-sama, peningkatan sekitar 16 persen dalam emisi global diperkirakan pada 2030 akan menyebabkan pemanasan 2,7 celcius pada akhir abad ini. Angka itu dinilai menjadi kondisi dimana kehidupan di bumi akan menghancurkan jutaan orang.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, laporan pada Selasa menunjukkan dunia ‘masih di jalur untuk bencana iklim’. “Laporan ini adalah panggilan membangunkan yang menggelegar. Berapa banyak yang kita butuhkan? Kesenjangan emisi adalah hasil dari kesenjangan kepemimpinan,” ujar Guterres dalam konferensi pers.

“Era setengah-setengah dan janji-janji kosong harus diakhiri. Waktu untuk menutup kesenjangan kepemimpinan harus dimulai di Glasgow,” lanjutnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement