Bennett mengeklaim potensi penghapusan sanksi akan memungkinkan aliran miliaran (dolar) ke Iran sebagai imbalan atas pembatasan yang tidak memuaskan di bidang nuklir. Israel juga menabuh genderang perang dengan Iran. Israel bahkan mengancam adanya opsi militer ke Iran.
Dalam sebuah dugaan Iran, Israel menyabotase program energi nuklir damai Iran dengan membunuh sebanyak tujuh ilmuwan nuklir Iran termasuk Mohsen Fakhrizadeh, yang menjadi sasaran pembunuhan yang ditargetkan pada 2020. Tel Aviv juga telah menargetkan instalasi nuklir Iran dengan kejahatan teroris di beberapa kesempatan.
Mantan presiden AS Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada Mei 2018 dan memberlakukan kembali sanksi anti-Iran yang telah dicabut kesepakatan itu. Dia juga menempatkan sanksi tambahan terhadap Iran dengan dalih lain yang tidak terkait dengan kasus nuklir sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum".
Setelah satu tahun kesabaran strategis, Iran memutuskan untuk melepaskan beberapa pembatasan pada program energi nuklirnya. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengatakan bersedia untuk mengkompensasi kesalahan Trump dan bergabung kembali dengan kesepakatan, tetapi tetap mempertahankan sanksi sebagai pengaruh.
Iran mengatakan tidak akan menerima apa pun selain penghapusan semua larangan AS dengan cara yang dapat diverifikasi. Republik Islam juga menginginkan jaminan bahwa AS tidak akan meninggalkan perjanjian itu lagi.