Sabtu 18 Dec 2021 21:46 WIB

AS Sanksi Perusahaan China, Beijing Beri Peringatan Keras

China meminta AS segera memperbaiki keselahanannya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Hubungan AS dan China (ilustrasi).
Foto:

Departemen Perdagangan mengumumkan hukuman baru yang menargetkan Akademi Ilmu Kedokteran Militer Cina dan 11 lembaga penelitian yang berfokus pada penggunaan bioteknologi untuk mendukung militer China. Langkah tersebut melarang perusahaan Amerika menjual barang dan teknologi ke entitas tanpa lisensi.

Secara terpisah, Departemen Keuangan mengumumkan telah menempatkan DJI, produsen drone terbesar di dunia, dan tujuh perusahaan China lainnya dalam daftar hitam investasi atas dugaan keterlibatan mereka dalam pengawasan biometrik dan pelacakan Uighur. Dengan tindakan itu berarti orang Amerika akan dilarang membeli atau menjual sekuritas yang diperdagangkan secara publik yang terkait dengan perusahaan.

China telah mengecam semua klaim tentang Uighur. Beijing menganggapnya sebagai kebohongan abad ini. Tuduhan itu dinilai sebagai bagian dari upaya untuk menghambat pertumbuhan China dan merusak reputasinya.

"Pemerintah AS sedang mencoba untuk mencekik ekonomi Xinjiang melalui industri dan rantai pasokan dengan dalih palsu 'kerja paksa' dan 'pelanggaran hak asasi manusia'," kata kantor berita pemerintah Cina Xinhua News Agency pada Jumat, mengutip sebuah laporan oleh Institute for Studi Asia Tengah di bawah Lanzhou University di barat laut provinsi Gansu.

AS mengatakan kapas mentah, sarung tangan, produk tomat, silikon, alat penangkap ikan, dan berbagai komponen energi surya termasuk di antara barang-barang yang diduga dibuat dengan bantuan kerja paksa.

Instansi pemerintah AS diminta untuk memperluas pemantauan kerja paksa oleh etnis minoritas Cina. UU baru menetapkan anggapan bahwa barang-barang dari Xinjiang dibuat dengan kerja paksa, sehingga bisnis yang ingin mengimpor barang dari sana harus membuktikan tidak ada keterlibatan kerja paksa, termasuk oleh pekerja yang dipindahkan dari Xinjiang.

Xinjiang adalah wilayah pertambangan yang kaya sumber daya, penting untuk produksi pertanian dan manufaktur. Menurut AS, tahanan juga kadang-kadang dipindahkan dari Xinjiang untuk bekerja di pabrik-pabrik di tempat lain, membuat pakaian dan tekstil, elektronik, peralatan energi surya dan suku cadang mobil.

Asisten profesor studi internasional di Simon Fraser University Kanada yang telah mempelajari dan menulis secara ekstensif tentang kamp, Darren Byler menyatakan, pekerjaan pabrik telah lama dikaitkan dengan kamp, dengan jumkah antara 900.000 dan 1,5 juta orang Uighur dan Muslim China lainnya. Para pekerja yang dianggap merepotkan dapat diberikan hukuman penjara, terkadang di kamp-kamp yang diubah menjadi penjara."Mereka hidup dalam kondisi yang benar-benar tidak bebas," kata Byler.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement