Selasa 21 Dec 2021 14:45 WIB

Sisi Gelap Tentara Bayaran Rusia Wagner Group

Para tentara bayaran berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi tidak stabil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Kota Sirte di Libya yang porak poranda karena perang.
Foto:

Ada sejumlah iklan rekrutmen aktif yang mencari tentara bayaran di situs pencari kerja Rusia. Mereka menerima gaji mulai dari 150 ribu rubel atau sekitar 2.000 dolar AS per bulan. Upah tersebut sangat kompetitif menurut standar Rusia atau Ukraina. Bukti tambahan yang didapatkan oleh New Lines menunjukkan bahwa, orang yang memiliki pengalaman militer mendapatkan upah dua kali lipat.

Namun beberapa bukti juga menunjukkan bahwa, para kandidat tentara bayaran harus waspada terhadap penipuan. Mereka mungkin mendapatkan gaji yang dijanjikan dalam beberapa bulan pertama. Kemudian, bulan-bulan berikutnya mereka tidak lagi menerima gaji atau mendapatkan gaji dengan nominal lebih rendah dari yang dijanjikan.

Wagner Group dibentuk oleh dinas keamanan Ukraina, SBU. Wagner Group mempekerjakan 4.184 tentara bayaran  dan dikenal luas menjalankan operasi di Suriah dan Libya. Tentara bayaran Wagner telah bertempur di pihak separatis di Ukraina timur. Mereka kemudian dikerahkan ke Sudan, untuk mendukung diktator Omar Al-Bashir yang digulingkan.

Tentara bayaran yang direkrut oleh Wagner Group berasal dari 15 negara berbeda. Berdasarkan data yang didapatkan oleh New Lines Magazine, sebanyak 2.708 tentara bayaran Wagner Group tberasal dari Rusia dan 222 berasal dari Ukraina.

Kemudian 17 tentara bayaran berasal dari Belarus, 11 dari Kazakhstan, sembilan dari Moldova, delapan dari Serbia, empat dari Armenia, empat dari Uzbekistan, serta tiga dari Bosnia dan Herzegovina.

Sementara dua tentara bayaran berasal dari Kirgistan, dua dari Tajikistan, dua dari Suriah, dua dari Turkmenistan dan satu dari Georgia. Sedangkan 1.188 tentara bayatan tidak diketahui kebangsaannya. Para tentara bayaran itu bergabung dengan Wagner Group tanpa sepengetahuan keluarga.

Bertindak brutal

Tentara bayaran Wagner Group kerap bertindak secara brutal. Pada 2017, empat tentara bayaran Wagner memukuli seorang tentara Suriah yang membelot yaitu Muhammad Taha Ismail Al Abdullah, atau lebih dikenal sebagai Hamadi Bouta. Ketika itu, empat tentara bayaran itu memukuli Bouta dengan palu godam, dan memotong tangannya.

Selama dikerahkan dalam operasi di Timur Tengah, sebanyak 372 tentara bayaran Wagner Group dipastikan tewas. Pada 2014 hingga 2016, sebanyak 75 tentara bayaran telah tewas. Kemudian pada 2017, ada 186 yang tewas dan pada 2016 sebanyak 86 personel pasukan meregang nyawa.

Dalam dua tahun terakhir, 23 tentara bayaran Wagner Group tewas di medan perang atau dalam keadaan lain yang tidak dapat dipastikan. Negara dengan jumlah kematian terbesar adalah Suriah, dengan 315 tentara bayaran tewas. Kemudian 35 tentara bayaran meninggal di Ukraina timur, dan satu lainnya tewas di dekat Kiev.

Sementara delapan tentara bayaran tewas di Libya, dan satu lainnya tewas di St. Petersburg. Dari 315 yang tewas di Suriah, 81 tewas dalam serangan oleh pasukan yang didukung Amerika Serikat (AS).

Awal bulan ini, Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Grup Wagner, atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan di zona perang di seluruh dunia. Menurut Parlemen Eropa, Waagner Group juga telah melakukan intervensi di Republik Afrika Tengah, Suriah, Sudan, Mozambik, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Venezuela.

Pada 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, 2.000 tentara bayaran Wagner Group mendukung panglima perang Khalifa Haftar dan ikut bertempur di Libya.

Departemen Pertahanan AS menganggap Wagner Group, yang perusahaan tentara bayaran swasta itu, sebagai kekuatan proksi bagi Rusia. Sebuah laporan rahasia PBB menyatakan, Wagner Group memiliki antara 800 hingga 1.200 kontraktor militer di lapangan, termasuk penembak jitu dan tim militer khusus. Wagner Group diyakini adalah milik Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang mempunyai hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement