Senin 03 Jan 2022 12:19 WIB

Biden akan Tindak Tegas Jika Rusia Invasi Ukraina

Biden berjanji akan memberikan sanksi yang dapat melumpuhkan ekonomi Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/Kamran/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Joe Biden, kanan dan Presiden Rusia Vladimir Putin/
Foto:

Zelenskyy mengatakan, dia dan Biden membahas tentang upaya menjaga perdamaian di Eropa. Termasuk mencegah eskalasi lebih lanjut, reformasi, dan deoligarkisasi.

“Kami menghargai dukungan yang tak tergoyahkan,” kata Zelenskyy.

Pertemuan Rusia AS

Amerika Serikat telah membuat sedikit kemajuan dalam upaya membujuk Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meredakan ketegangan.  Pejabat senior AS dan Rusia dijadwalkan bertemu pada 9-10 Januari di Jenewa untuk membahas situasi tersebut.  Pembicaraan itu akan diikuti dengan pertemuan di Dewan NATO-Rusia, dan  Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa.

Biden berbicara dengan Putin selama hampir satu jam pada Kamis (30/12).  Biden memperingatkan Putin bahwa, AS akan menjatuhkan sanksi yang menjerat ekonomi Rusia jika melakukan invasi terhadap Ukraina.  “Saya tidak akan bernegosiasi di sini di depan umum, tetapi saya tekankan bahwa mereka tidak boleh bergerak ke Ukraina,” kata Biden.

Temuan intelijen AS menunjukkan, Rusia telah membuat persiapan untuk kemungkinan invasi pada awal 2022. Namun pejabat Gedung Putih mengaku masih belum tahu apakah Putin telah membuat keputusan untuk melanjutkan aksi militer. “Saya selalu berharap jika Anda bernegosiasi, Anda membuat kemajuan, tetapi kita lihat saja nanti,” ujar Biden.

Ketua Komite Intelijen parlemen AS, Adam Schiff khawatir bahwa Putin berniat untuk menyerang Ukraina. Menurutnya, sanksi berat yang menjatuhkan ekonomi Rusia adalah tindakan yang tepat jika mereka menyerang Ukraina.

“Rusia perlu memahami bahwa kita bersatu dalam hal ini. Saya juga berpikir bahwa pencegah yang kuat adalah pemahaman bahwa, jika mereka menyerang, itu akan membawa (NATO) lebih dekat ke Rusia, bukan mendorongnya lebih jauh," kata Schiff.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan, Pemerintah Rusia mengatakan siap bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan isu terkait Ukraina. Kendati demikian, Moskow menekankan, tak ada alternatif untuk masalah tersebut selain Perjanjian Minsk.

"Di pihak kami, kami siap bekerja sama dalam format apa pun berdasarkan prinsip bahwa tidak ada alternatif selain Perjanjian Minsk, yang didukung Washington," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko saat diwawancara kantor berita Rusia, TASS, Ahad (2/1).

Dia mengisyaratkan adanya kesepahaman antara Moskow dan Washington bahwa konflik di Ukraina timur tak dapat diselesaikan tanpa memberikan status khusus kepada Donbass. Hal itu, kata Rudenko, turut disampaikan Presiden AS Joe Biden saat melakukan pertemuan bilateral virtual dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu. "Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland juga mengonfirmasinya selama kunjungannya ke Moskow pada Oktober," ungkap Rudenko.

Pada 2014, pasukan mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina. Pencaplokan ini merupakan salah satu momen kelam bagi mantan Presiden Barack Obama di panggung internasional.

Hubungan AS-Rusia memburuk menjelang akhir pemerintahan mantan Presiden George W. Bush. Goyahnya hubungan kedua negara terjadi setelah invasi Rusia pada 2008 terhadap negara tetangganya Georgia, setelah Presiden Georgia Mikheil Saakashvili memerintahkan pasukannya ke wilayah Ossetia Selatan yang memisahkan diri.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement