Ahad 09 Jan 2022 15:20 WIB

Kazakhstan Tahan 5.100 Demonstran

Otoritas keamanan Kazakhstan telah menahan lebih dari 5.100 demonstran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
 Tentara Kazakhstan bersiap untuk menghentikan pengunjuk rasa di Almaty, Kazakhstan, Kamis, 6 Januari 2022. Presiden Kazakhstan mengizinkan pasukan keamanan pada hari Jumat untuk menembak untuk membunuh mereka yang berpartisipasi dalam kerusuhan, membuka pintu untuk eskalasi dramatis dalam tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang berubah menjadi kekerasan. Negara Asia Tengah itu pekan ini mengalami protes jalanan terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet tiga dekade lalu, dan puluhan orang tewas dalam kerusuhan itu.
Foto:

Tokayev dan Putin bertukar pandangan perihal cara-cara yang mungkin diambil untuk memulihkan ketertiban di Kazakhstan. Tokayev menilai, perlu ada pembicaraan antara para pemimpin negara anggota Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan yang didukung Rusia.

“Dalam hal ini, ia (Tokayev) bermaksud untuk mengadakan konferensi video Dewan Keamanan Kolektif CSTO yang diketuai oleh Armenia sebagai ketua organisasi saat ini dalam beberapa hari mendatang. Vladimir Putin mendukung proposal ini," ungkap Kremlin.

Sebelumnya Tokayev memang telah meminta bantuan CSTO untuk memadamkan gelombang demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair di Kazakhstan. Dia menuding unjuk rasa itu dipimpin oleh “teroris”.

Sejak 2 Januari lalu, Kazakhstan diguncang aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair. Unjuk rasa kemudian meluas ke seluruh kota dan desa di sana. Dari penolakan kenaikan harga bahan bakar gas, massa pada akhirnya menuntut “reformasi”. Meski saat ini Kazakhstan dipimpin Tokayev, tapi kekuasaan dan pengaruh presiden pertama Kazakhstan, yakni Nursultan Nazarbayev, dinilai masih kental.

 

Nazarbayev mundur dari jabatan presiden pada 2019 lalu atau hampir tiga dekade setelah berkuasa di Kazakhstan. Keluarganya dilaporkan menguasai, bahkan memonopoli, sebagian besar sektor ekonomi di sana, termasuk sektor minyak dan gas. Monopoli dianggap menjadi salah satu faktor yang melatari naiknya harga bahan bakar gas cair di negara tersebut. (Kamran Dikarma)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement