Rabu 19 Jan 2022 02:16 WIB

UNICEF-Merck Sepakati Pemasokan 3 Juta Paket Obat Covid-19

Obat Covid-19 akan didistribusikan ke 100 negara dengan ekonomi menengah ke bawah.

Foto yang dirilis oleh perusahaan farmasi Merck & Co menunjukkan obat antiviral mereka, molnupiravir.
Foto:

Pemerintah di seluruh dunia berlomba untuk membeli Paxlovid, sementara obat Molnupiravir yang diproduksi Merck menghadapi kemunduran setelah data uji coba yang mengecewakan. Meski vaksin telah menjadi senjata utama melawan COVID-19, ada harapan bahwa pil eksperimental Merck dan Pfizerdapat menjadi kunci dalam mengurangi kemungkinan kematian atau rawat inap bagi mereka yang paling berisiko mengidap penyakit parah.

Kedua obat itudapat diminum di rumah, selain di rumah sakit atau fasilitas medis. Nkengasong mengatakan memperoleh pasokan obat-obatan COVID-19 adalah salah satu dari tiga strategi utama untuk memerangi pandemi di Afrika pada 2022, selain vaksinasi dan pengujian.

Obat-obatan semacam itu akan sangat penting jika varian lain yang sangat menular muncul dan sistem kesehatan masyarakat menjadi kewalahan, kata dia. "Satu-satunya cara untuk meringankannya adalah jika kita memiliki obat-obatan seperti Paxlovid, orang dapat meminum obat itu dan tinggal di rumah dan merasa tenang, dengan begitu beban dan kendala pada sistem kesehatan tidak berat," kata Nkengasong.

Sementara negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah mendapat kesepakatan untuk membeli pil tersebut, muncul kekhawatiran bahwa negara-negara berpenghasilan rendah akan tertinggal dalam upaya ini karena pasokan yang terbatas, seperti halnya dalam perebutan vaksin. Untuk mengatasi masalah harga, Pfizer telah setuju untuk mengizinkan produsen obat generik memasok versi pengobatan ke 95 negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui perjanjian lisensi dengan kelompok kesehatan masyarakat internasional, Medicines Patent Pool (MPP).

 

Afrika telah mencatat lebih dari 10 juta kasus COVID-19 sejak awal pandemi, meskipun jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena pengujian yang tidak merata. Nkengasong mengatakan 10 persen orang Afrika telah divaksinasi lengkap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement