Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea mengatakan, Korea Selatan bersedia bekerja sama dengan Korea Utara untuk mengatasi wabah penyakit. Tetapi Pyongyang tidak menanggapi setiap tawaran untuk berdialog, termasuk proposal Seoul untuk menyediakan vaksin Covid-19.
Penyakit yang berkaitan dengan pencernaan muncul di Kota Haeju, Provinsi Hwanghae Selatan. Ini adalah wilayah pertanian utama di Korea Utara. Merebaknya penyakit baru ini meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak pada situasi kekurangan pangan.
Ahli penyakit menular dari Gachon University Gil Medical Center, Eom Joong-sik, mengatakan, kemungkinan penyebaran penyakit pencernaan melalui tanaman tampaknya rendah. Masalah utamanya adalah mendisinfeksi sumber pasokan air karena kemungkinan besar penyakit terbawa oleh air.
Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien demam, tanpa menyebutkan mereka sebagai pasien Covid-19. Para ahli juga menduga jumlah kasus yang dirilis oleh pemerintah berbeda dengan kenyataan di lapangan.
Korea Utara melaporkan 26.010 orang mengalami gejala demam pada Kamis (16/6). Jumlah total pasien demam yang tercatat di seluruh negeri sejak akhir April mendekati 4,56 juta. Sementara korban tewas terkait wabah ini mencapai 73 orang.
Korea Utara mengatakan gelombang Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda mereda. Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meragukan klaim Pyongyang. WHO meyakini situasi di Korea Utara semakin buruk.