Senin 04 Jul 2022 11:31 WIB

Sri Lanka Perpanjang Penutupan Sekolah

Sri Lanka masih tak punya cukup bahan bakar untuk guru dan siswa berangkat sekolah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Orang-orang menunggu untuk membeli minyak tanah di sebuah pompa bensin di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 07 Juni 2022. Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa karena kurangnya devisa, yang mengakibatkan kelangkaan pangan, bahan bakar, obat-obatan. , dan barang impor. Protes telah mengguncang negara itu selama berminggu-minggu, menyerukan pengunduran diri presiden atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi yang memburuk saat ini.
Foto:

Menurut Bank Sentral, pengiriman uang yang menjadi penghasil devisa utama negara telah turun dari 2,8 miliar dolar AS dalam enam bulan pertama pada 2021 menjadi 1,3 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun ini. Kondisi ini menjadi penurunan sebesar 53 persen.

Penurunan terjadi setelah pemerintah tahun lalu memerintahkan konversi wajib mata uang asing. Dikatakan bahwa premi pasar gelap telah menyebabkan orang menimbun mata uang asing.

Sri Lanka telah menangguhkan pembayaran sekitar 7 miliar dolar AS pinjaman luar negeri yang jatuh tempo tahun ini dari 25 miliar dolar AS yang akan dilunasi pada 2026. Total utang luar negeri negara itu adalah 51 miliar dolar AS.

Krisis ekonomi telah memicu krisis politik dengan protes anti-pemerintah yang meluas di seluruh negeri. Para pengunjuk rasa telah memblokir jalan-jalan utama untuk menuntut gas dan bahan bakar.

Sedangkan di ibukota Kolombo, para pengunjuk rasa telah menduduki pintu masuk kantor presiden selama lebih dari dua bulan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa. Mereka menuduh dia dan keluarganya yang berkuasa, termasuk beberapa saudara kandungnya yang memegang posisi penting di pemerintahan, menjerumuskan negara ke dalam krisis melalui korupsi dan kesalahan aturan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement