Kamis 06 Oct 2022 20:05 WIB

Aksi Potong Rambut Jadi Bentuk Protes Kematian Mahsa Amini

Aksi protes atas kematian Mahsa Amini telah menyebar ke luar negeri

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang wanita memegang plakat bergambar Mahsa Amini Iran saat dia menghadiri protes terhadap kematiannya, di Berlin, Jerman, Rabu, 28 September 2022. Amini, wanita berusia 22 tahun yang meninggal di Iran saat berada di polisi tahanan, ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.
Foto:

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (3/10/2022) menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel merencanakan protes besar-besaran menyusul kematian Mahsa Amini (22 tahun) di dalam tahanan. Khamenei mengatakan, protes tersebut merupakan plot asing untuk mengacaukan Iran.

“Kerusuhan ini sudah direncanakan. Kerusuhan dan ketidakamanan ini dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis, dan pendukung mereka," ujar Khamenei.

Khamenei menggambarkan, tindakan pengunjuk rasa yang merobek jilbab, membakar masjid, bank, dan mobil polisi sebagai aksi yang tidak normal dan tidak wajar di Iran. Televisi pemerintah Iran melaporkan, jumlah korban tewas akibat bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan mencapai 41 orang.  Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International yang berbasis di London telah mengidentifikasi 52 korban, termasuk lima perempuan dan lima anak-anak. Sementara pejabat lokal melaporkan setidaknya 1.500 penangkapan.

Protes atas kematian Amini telah menimbulkan banyak keluhan di Iran, termasuk lonjakan harga, pengangguran yang tinggi, pembatasan sosial, dan penindasan politik.  Demonstrasi terus berlanjut di Teheran dan provinsi lainnya, ketika pihak berwenang telah membatasi akses internet dan memblokir aplikasi media sosial.

Para mahasiswa berkumpul untuk menggelar protes di seluruh universitas di Iran. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menentang pemerintah dan mengecam tindakan keras pasukan keamanan terhadap para demonstran.

Sejumlah universitas di kota-kota besar termasuk Isfahan di Iran tengah, Mashhad di timur laut dan Kermanshah di barat telah mengadakan protes besar-besaran. Para mahasiswa berkerumun, bertepuk tangan, dan membakar jilbab.

“Jangan sebut itu protes, ini revolusi sekarang,” teriak mahasiswa di Universitas Shahid Beheshti di Ibu Kota Teheran, saat para perempuan melepas jilbab mereka dan membakarnya. Tindakan ini sebagai protes atas undang-undang Iran yang mewajibkan wanita untuk menggunakan jilbab.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement