Kamis 17 Nov 2022 08:24 WIB

Israel Setuju Terbitkan Buku Pelajaran Sekolah Tentang Identitas Yahudi

Materi buku pelajaran mengabaikan jutaan warga Palestina di bawah pendudukan Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Anak-anak menghadiri kelas di sekolah dasar pada hari pertama sekolah di Yerusalem, Israel, 01 September 2021. Menteri Pendidikan Israel Yifat Shasha-Biton telah menyetujui buku pelajaran baru yang mengajarkan tentang identitas Yahudi.
Foto:

"Program ini menyampaikan dengan baik pesan supremasi Yahudi kepada para siswa," ujar Kremnitzer, dilaporkan Haaretz.  

Kremnitzer menekankan bahwa, kontribusi sistem pendidikan Israel tidak dapat diabaikan ketika melihat hasil pemilu belum lama ini. Kurikulum baru akan diterapkan untuk kelas sembilan di sekolah umum non-agama, sekolah agama di komunitas umum, serta sekolah umum di komunitas Arab dan Druze.  

Menurut salinan kurikulum yang diperoleh Haaretz, kurikulum bagian pertama berkaitan dengan Deklarasi Kemerdekaan Israel. Kurikulum ini fokus pada otoritas pemerintah dan sejumlah simbol dan undang-undang perwakilan. Bagian kedua menawarkan daftar topik untuk dipilih, termasuk "Israel dan Diaspora", "Hubungan Agama-Negara", "Konflik Israel-Arab", dan "Bapak Pendiri". Dalam kurikulum itu tidak disebutkan keberadaan jutaan orang Palestina atau ketidaksetaraan ekonomi dan sosial di Israel.

Kata-kata seperti kesetaraan tidak disebutkan sama sekali dalam kurikulum baru. Sedangkan dalam kurikulum saat ini, kata " kesetaraan" muncul sembilan kali, terutama berkaitan dengan persamaan di hadapan hukum. 

Sementara kata “loyal” diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam konteks menjadi "taat hukum dan setia kepada Negara". Daftar tujuan tidak mencantumkan kewajiban Negara untuk mengurus dan melayani warga negaranya dan bahwa kata "hak" tidak muncul dalam kurikulum baru tersebut. Sedangkan istilah "martabat manusia" telah dihapus dari kurikulum baru itu. 

 

"Inti dari sistem demokrasi adalah manusia, bersama dengan berbagai kombinasi nilai kesetaraan dan kebebasan. Ini tidak terlihat dalam kurikulum" kata seorang pejabat Kementerian Pendidikan yang berbicara dengan syarat anonim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement