Sabtu 24 Dec 2022 16:15 WIB

Miliarder Dubai Tawarkan Beasiswa Kepada 100 Mahasiswi Afghanistan

Taliban melarang perempuan berkuliah untuk mencegah percampuran gender di kampus.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Halimah, siswi berusia 13 tahun, berpose untuk difoto di ruang kelas kosong di Kabul, Afghanistan, Kamis, 22 Desember 2022. Penguasa Taliban di negara itu awal pekan ini memerintahkan perempuan secara nasional untuk berhenti kuliah di universitas swasta dan negeri yang berlaku segera dan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Foto:

Sebelumnya menteri luar negeri dari kelompok negara G7 mendesak Taliban untuk mencabut larangan tersebut. Mereka memperingatkan bahwa penganiayaan gender dapat menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. 

"Kebijakan Taliban yang dirancang untuk menghapus perempuan dari kehidupan publik akan berdampak pada bagaimana negara kita terlibat dengan Taliban," ujar pernyataan bersama para menteri luar negeri G7. 

Taliban membuat janji serupa tentang akses sekolah menengah untuk anak perempuan. Taliban menyatakan, kelas akan kembali dibuka bagi anak perempuan setelah "masalah teknis" seputar seragam dan transportasi diselesaikan. Tetapi hingga kini anak perempuan tetap tidak kembali ke ruang kelas.

Taliban mengeklaim bahwa mereka mencoba memperbaiki masalah yang diwariskan dari pemerintahan sebelumnya. Di Afghanistan, ada beberapa penentangan domestik terhadap larangan perempuan mengakses universitas, termasuk dari beberapa pemain kriket. Kriket adalah olahraga yang sangat populer di negara ini, dan para pemainnya memiliki ratusan ribu pengikut di media sosial.

Dukungan lainnya juga datang di Universitas Kedokteran Nangarhar. Media lokal melaporkan, mahasiswa laki-laki menolak untuk mengikuti ujian sampai akses perempuan ke universitas dipulihkan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menggemakan penentangan internasional terhadap keputusan Taliban untuk melarang perempuan mengakses pendidikan di jenjang universitas. Dia mengatakan, Taliban tidak akan mendapatkan hubungan yang lebih baik dengan dunia yang sangat dibutuhkan jika mereka melanjutkan larangan tersebut.

“Apa yang mereka lakukan adalah mencoba menghukum wanita dan gadis Afghanistan ke masa depan yang kelam tanpa kesempatan. Intinya adalah tidak ada negara yang akan berhasil, apalagi berkembang, jika ia menolak separuh populasinya kesempatan untuk berkontribusi," kata Blinken.

Sejak kembali berkuasa di Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban menjanjikan aturan yang lebih moderat dan menghormati hak-hak perempuan serta minoritas. Taliban secara luas telah menerapkan interpretasi mereka terhadap hukum Islam, atau Syariah yang cukup ketat.

Taliban melarang anak perempuan mengakses sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Mereka juga melarang perempuan dari sebagian besar bidang pekerjaan dan memerintahkan mereka untuk mengenakan burqa di depan publik, yaitu pakaian yang menutup kepala hingga ujung kaki. Belum lama ini, Taliban melarang perempuan pergi taman dan pusat kebugaran.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement