Jumat 17 Feb 2023 02:45 WIB

Cina dan Iran Desak Taliban Cabut Semua Kebijakan Diskriminatif Terhadap Perempuan 

Kebijakan Taliban dinilai diskriminatif terhadap perempuan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Seorang pejuang Taliban berjaga-jaga di Kabul, Afghanistan, Senin, 26 Desember 2022. Keputusan Taliban baru-baru ini terhadap perempuan Afghanistan mencakup larangan pendidikan universitas dan bekerja untuk LSM, yang memicu protes di kota-kota besar. Keamanan di ibu kota Kabul semakin intensif dalam beberapa hari terakhir, dengan lebih banyak pos pemeriksaan, kendaraan bersenjata, dan pasukan khusus Taliban di jalanan. Pihak berwenang belum memberikan alasan untuk keamanan yang lebih ketat.
Foto:

Sosok Ismail Mashal sempat mengejutkan publik Afghanistan ketika dia merobek-robek sertifikat gelarnya dalam sebuah acara stasiun televisi TOLOnews di negara tersebut. Itu menjadi bentuk protes terbuka Mashal terhadap keputusan Taliban melarang perempuan Afghanistan berkuliah. “Sebagai laki-laki dan sebagai guru, saya tidak dapat melakukan apa pun untuk mereka (perempuan Afghanistan), dan saya merasa sertifikat saya menjadi tidak berguna. Jadi, saya merobeknya,” kata Mashal ketika diwawancara kala itu.

Dia menegaskan akan tetap memprotes kebijakan Taliban yang melarang perempuan Afghanistan berkuliah. “Saya meninggikan suara saya. Saya berdiri dengan saudara perempuan saya. Protes saya akan terus berlanjut meski harus mengorbankan nyawa saya,” ujar Mashal.

Pada Desember tahun lalu, Taliban memutuskan melarang kaum perempuan Afghanistan berkuliah. Menteri Pendidikan Tinggi Taliban Nida Mohammad Nadim mengatakan, larangan itu diperlukan guna mencegah percampuran gender di universitas. Dia meyakini beberapa mata kuliah yang diajarkan di kampus melanggar prinsip-prinsip Islam. 

“Para perempuan belajar tentang pertanian dan teknik, tetapi ini tidak sesuai dengan budaya Afghanistan. Anak perempuan harus belajar, tetapi tidak di bidang yang bertentangan dengan Islam dan kehormatan Afghanistan," kata Nadim dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Afghanistan, 22 Desember 2022 lalu.

Tak berselang lama setelah itu, Taliban memutuskan melarang perempuan Afghanistan bekerja di lembaga swadaya masyarakat atau organisasi non-pemerintah. Sebelumnya Taliban juga telah menerapkan larangan bagi perempuan untuk berkunjung ke taman, pasar malam, pusat kebugaran, dan pemandian umum. Taliban pun melarang perempuan bepergian sendiri tanpa didampingi saudara laki-lakinya. Ketika berada di ruang publik, perempuan Afghanistan diwajibkan mengenakan hijab.

Serangkaian kebijakan Taliban yang “menindas” kehidupan perempuan Afghanistan itu telah dikecam dunia internasional. Hingga saat ini belum ada satu pun negara yang mengakui kepemimpinan Taliban di Afghanistan. Salah satu alasannya adalah karena belum dipenuhinya hak-hak dasar kaum perempuan di sana. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement