REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan dan Jepang mengadakan konsultasi perlucutan senjata dan nonproliferasi bilateral pertama mereka dalam lima tahun dan menyerukan Korea Utara untuk segera membatalkan rencananya meluncurkan satelit mata-mata militer, kata Kementerian Luar Negeri di Seoul, Selasa (30/5/2023).
Park Young Hyo, direktur jenderal untuk nonproliferasi nuklir dan perencanaan diplomatik di kementerian tersebut, bertemu dengan Atsushi Kaifu, direktur jenderal departemen perlucutan senjata, nonproliferasi dan sains Kementerian Luar Negeri Jepang, di Pulau Jeju pada Senin, kata kementerian tersebut.
Menurut kementerian, kedua belah pihak menyuarakan keprihatinan atas ancaman nuklir Korut yang semakin meningkat serta rencananya untuk meluncurkan satelit mata-mata dalam beberapa pekan mendatang.
Para pejabat tersebut mendesak Korut untuk membatalkan peluncuran tersebut, yang mereka sebut sebagai pelanggaran serius terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang semua peluncuran menggunakan teknologi rudal balistik.
Mereka juga berbagi pandangan tentang sejumlah tantangan dalam upaya perlucutan senjata dan nonproliferasi internasional, serta mendiskusikan cara untuk memperkuat kerja sama di bidang terkait.
Pertemuan untuk membahas nonproliferasi digelar untuk pertama kalinya sejak 2018, saat hubungan antara kedua negara membaik di bawah pemerintahan Yoon Suk Yeol saat ini.