Ahad 06 Aug 2023 14:56 WIB

Jutaan Rumah Dikorbankan demi Selamatkan Beijing dari Banjir

Pihak berwenang mengalirkan air dari sungai yang meluap ke daerah berpenduduk

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Tim penyelamat menggunakan perahu karet mengevakuasi warga yang terjebak melalui banjir di Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara, selatan Beijing, Rabu, 2 Agustus 2023.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Tim penyelamat menggunakan perahu karet mengevakuasi warga yang terjebak melalui banjir di Zhuozhou di provinsi Hebei, China utara, selatan Beijing, Rabu, 2 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hampir 1 juta orang di Provinsi Hebei, utara Cina, dievakuasi setelah rekor hujan lebat memaksa pihak berwenang untuk mengalirkan air dari sungai yang meluap ke beberapa daerah berpenduduk. Hal ini memicu kemarahan di media sosial atas rumah yang dikorbankan untuk menyelamatkan Beijing.

Cekungan Sungai Hai cukup luas, yaitu mencakup Hebei, Beijing, dan Tianjin. Selama rentang satu minggu dari akhir Juli, wilayah dengan populasi total 110 juta itu mengalami banjir paling serius dalam enam dekade. Provinsi Hebei, khususnya Prefektur Baoding, terkena dampak paling parah. Menurut undang-undang pengendalian banjir, ketika banjir selebar cekungan menyebabkan waduk melampaui batasnya, air dapat disalurkan untuk sementara ke daerah penyimpanan banjir, termasuk disalurkan ke tanah berpenduduk di dataran rendah.

Baca Juga

Pada 31 Juli, Provinsi Hebei membuka tujuh dari 13 daerah penyimpanan banjir yang ditetapkan, termasuk dua di Kota Zhuozhou di Baoding dan utara Xiongan. Keduanya adalah zona yang ingin dikembangkan oleh Presiden Xi Jinping untuk menjadi kekuatan ekonomi yang melayani Hebei, Beijing, dan Tianjin. Pada 1 Agustus, Sekretaris Partai Komunis Hebei, Ni Yuefeng, menyebut Xiongan sebagai prioritas utama untuk pekerjaan pencegahan banjir di provinsi itu.

Dalam kunjungannya ke tempat penyimpanan banjir di Baoding, Ni menambahkan bahwa tekanan pada pengendalian banjir Beijing perlu dikurangi dan dibuatkan "parit" untuk ibu kota Cina. Seorang warganet yang tinggal di Zhuozhou mengatakan, warga tidak sadar bahwa mereka tinggal di daerah penampungan banjir dan hak minoritas telah dikorbankan.

"Saya ingin tahu, di antara semua orang yang tinggal di daerah penampungan banjir di seluruh negeri, berapa banyak dari mereka yang tahu bahwa mereka tinggal di daerah seperti itu?" tulis warganet tersebut.

Hujan lebat yang memecahkan rekor di Baoding menyebabkan meluapnya 67 dari 83 waduk kecil. Hujan juga menyebabkan air di 10 waduk besarnya naik ke tingkat berbahaya.

"Ketika banjir terlalu besar dan melebihi kapasitas pertahanan tanggul, menjadi kebutuhan pengendalian banjir yang tak terelakkan untuk menggunakan area penyimpanan banjir," kata pejabat Cina Water Resources News dalam sebuah unggahan di Weibo pada 1 Agustus.

"Ini juga demi melindungi situasi keseluruhan. Anda harus mengorbankan satu bagian demi keseluruhan yang lebih besar," ujar pejabat itu,

Pada Jumat (4/8/2023) pukul 8:00 pagi waktu setempat, Hebei telah merelokasi lebih dari 1,54 juta orang, termasuk 961.200 dari daerah penyimpanan banjir. Kementerian Sumber Daya Air mengatakan, warga di daerah penyimpanan banjir telah menyerahkan rumah mereka untuk melindungi semua orang, dan akan diberi kompensasi sesuai dengan undang-undang. Tinjauan kompensasi untuk produksi pertanian dan perumahan yang rusak akan dilakukan ketika banjir surut.

Otoritas Kota Bazhou menyampaikan rasa terima kasih kepada penduduk karena mengikuti perintah dan mengevakuasi rumah mereka. Namun tidak semua warga tampak yakin. Sebuah video yang diunggah ulang di X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter menunjukkan, warga membentangkan spanduk di luar pintu masuk kantor kotamadya Bazhou yang berbunyi, "Mengambil rumah saya adalah tujuan yang jelas dari debit air banjir, tetapi Anda mengatakan itu semua karena hujan".

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement