Jumat 27 Oct 2023 07:40 WIB

Israel Hancurkan 200 Ribu Unit Rumah dan Fasilitas Umum di Gaza

Hingga hari ini Israel tak berhenti melakukan serangannya di Gaza.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis,  (26/10/2023).
Foto: AP /Mohammed Dahman
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis, (26/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel telah menghancurkan hampir 200.000 unit rumah, baik seluruhnya atau sebagian, sejak dimulainya serangan udara di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, Mohammad Ziyara pada Kamis (26/10/2023) mengatakan, pengeboman tersebut telah menghapus seluruh keluarga dari catatan sipil, serta lingkungan dan komunitas pemukiman.

"(Pengeboman) juga menghancurkan fasilitas, termasuk rumah sakit, tempat ibadah, toko roti, stasiun pengisian air, pasar, sekolah, dan lembaga pendidikan dan pelayanan,” ujar Ziyara, dilaporkan Aljazirah.

Baca Juga

Menurut kantor kemanusiaan PBB, setidaknya 45 persen dari seluruh unit rumah di wilayah Gaza telah rusak atau hancur akibat serangan Israel.  Daerah yang terkena dampak paling parah adalah Beit Hanoon, Beit Lahiya, Shujaiya, lingkungan sekitar kamp pengungsi Shati, dan Abasan al-Kabira di Khan Younis.

Diperkirakan 1,4 juta orang di Gaza menjadi pengungsi karena pengeboman yang tiada henti. Sementara sekitar 629.000 orang berlindung di 150 tempat penampungan darurat yang disediakan oleh PBB.

Blokade yang dilakukan Israel terhadap bahan bakar yang masuk ke wilayah Gaza berdampak serius pada fungsi-fungsi penting di semua rumah sakit. Pasokan bahan bakar yang semakin menipis dan terputusnya aliran listrik mempertaruhkan nyawa setidaknya 130 bayi prematur di inkubator, 1.000 pasien dialisis ginjal yang harus mengurangi sesi perawatannya, dan pekerja ambulans di garis depan yang tidak dapat mengakses orang sakit ketika bahan bakar habis.

Sejak 2007, ketika Hamas berkuasa, Israel telah mempertahankan kendali yang ketat atas wilayah udara dan perairan Gaza. Termasuk membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar dari wilayah tersebut.

Perang Hamas-Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, serta tempat ibadah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia.

Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung itu sejak 2007. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza, Kamis (26/10/2023), pengeboman Israel  telah menyebabkan lebih dari 7.000 warga Palestina meninggal dunia, termasuk sekitar 3.000 anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement