Ahad 26 Nov 2023 16:33 WIB

Genjatan Senjata Hamas-Israel Berlangsung, Apa Saja yang Dilakukan Warga Gaza?

Hamas Israel sepakat melakukan genjatan senjata

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Warga berjalan di Kamp Nusseirat Jalur Gaza Gaza di Gaza tengah Sabtu (26/11/2023) seusai genjatan senjata.
Foto:

Israel telah memutus sama sekali akses masuknya makanan, bahan bakar dan air ke daerah kantong pesisir tersebut dan memaksa ratusan ribu warga Palestina di Gaza utara, termasuk Kota Gaza, untuk mengungsi ke daerah selatan.

Perjanjian gencatan senjata akan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan, serta kesempatan bagi warga Palestina untuk bergerak bebas lagi. Meskipun warga Gaza tidak dianjurkan kembali ke sektor utara yang diminta Israel untuk mengungsi.

Rimas Muhammad adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang tetap tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya meskipun ada ancaman dari tentara Israel, yang kini menduduki sebagian besar wilayah kota tersebut. 

Dia mengatakan kepada MEE bahwa jeda waktu akan memberinya kesempatan untuk mengunjungi teman-teman dan kerabatnya yang masih tersisa di sana. "Saya akan berjalan di jalan-jalan Gaza karena saya rindu berjalan-jalan tanpa rasa takut. Saya akan pergi ke toko-toko jika mereka buka," katanya. 

Meskipun jeda dari perang disambut baik, beberapa orang di Gaza merasa terganggu dengan persyaratan perjanjian tersebut. 

Seorang warga Gaza, yang tidak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata itu mengejutkan, karena tampaknya jelas-jelas lebih menghargai nyawa warga Israel daripada warga Palestina. 

"Empat hari gencatan senjata ini tidak sebanding dengan banyaknya orang yang terbunuh dan terluka, rumah-rumah yang hancur, dan banyaknya orang yang mengungsi atau kehilangan tempat tinggal," ujarnya. 

Hamas mengatakan, mereka mencapai kesepakatan tersebut karena "tanggung jawab" mereka terhadap rakyat Palestina, yang bertujuan untuk "meringankan penderitaan mereka, menyembuhkan luka-luka mereka" dan memperkuat tekad mereka untuk melawan Israel. 

Namun, warga Gaza itu mengatakan bahwa "sangat memalukan" mengetahui bahwa dia tidak dapat kembali ke rumahnya di utara sementara para pemimpin Hamas di luar daerah kantong dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Beirut dan Qatar 

"Gencatan senjata ini hanyalah sebuah kebohongan besar. Ini akan memberi Israel lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi putaran kekerasan berikutnya, yang akan memakan lebih banyak korban," tambahnya.

Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?

 

Menemukan korban gugur

Jumlah korban tewas di Gaza diperkirakan akan meningkat tajam selama gencatan senjata, seiring dengan ditemukannya ribuan warga Palestina yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan pada Selasa, mereka menghadapi tantangan dalam mendokumentasikan jumlah korban gugur secara akurat. Hingga Rabu malam, jumlah korban gugur yang dilaporkan oleh kantor media pemerintah di Gaza mencapai 14.532 orang, termasuk hampir 6.000 anak-anak.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement