Sabtu 09 Dec 2023 19:31 WIB

Penyair Gaza Syahid Dirudal Jet Tempur Israel, Warga Palestina Berkabung

Refaat Alareer terbunuh bersama beberapa anggota keluarganya di Gaza.

Rep: Amri Amrullah / Red: Friska Yolandha
Asap membubung usai serangan di Gaza.
Foto:

Beberapa pekan sebelum dia syahid, Alareer mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa jika dia meninggal, berita itu akan menjadi "dongeng."

Banyak orang Palestina mengenang Alareer karena ia menulis dan berbicara tentang pembebasan Palestina dan menentang pendudukan Israel. Ahmed Nehad, seorang teman dan mantan murid akademisi dan penyair terkemuka Gaza, mengatakan bahwa "warisan Alareer akan hidup selamanya".

"Dia melatih ribuan pemuda Gaza, pria dan wanita untuk menulis tentang Palestina," kata Nehad kepada Aljazirah. "Saya ingat menulis dan membacakan puisi pertama saya untuknya lima tahun yang lalu, dan saya ingat bagaimana dia senang mendengarnya, dan bagaimana dia selalu membantu kami."

Sami Hermez dari Northwestern University di Qatar mengatakan kepada Aljazirah bahwa Alareer adalah "seseorang yang berbicara kepada ribuan orang".

"Sulit ketika Anda memiliki 17.000 orang (yang tewas), dan kami tidak dapat mengikuti kisah masing-masing dari mereka. Yang satu ini menyentuh saya karena saya juga seorang profesor dan penulis seperti Dr Refaat," kata Hermez.

Tapi Alareer juga bisa menjadi kontroversial. Setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, dalam sebuah wawancara dengan BBC, Alareer mengatakan bahwa serangan tersebut "persis seperti Pemberontakan Ghetto Warsawa," yang membuat marah banyak kelompok Yahudi di seluruh dunia.

Pemberontakan pada tahun 1943 itu merupakan aksi perlawanan terbesar kaum Yahudi terhadap Nazi di Polandia yang diduduki selama Perang Dunia II. Menyusul protes tersebut, BBC setuju bahwa "komentarnya menyinggung" dan mengatakan bahwa mereka tidak "berniat untuk menggunakannya lagi".

Ahmed Bedier, dari LSM United Voices for America, mengatakan bahwa wawancara rutin Alareer di stasiun televisi dan acara radio, di mana ia menggambarkan apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki kepada khalayak Barat, merupakan alasan utama mengapa "tentara Israel ingin membungkamnya".

 

"Sentimen internasional mulai bergeser melawan Israel," kata Bedier kepada Aljazirah. "Jadi mereka mencoba membungkam narasi lain selain narasi mereka." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement