Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan pada 17 Januari lalu kedua belah pihak sepakat mengatasi insiden-insiden dengan tenang, bila perlu, melalui diplomasi. Kedua belah pihak sepakat untuk mengelola konflik dan perbedaan maritim dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat, serta menangani keadaan darurat maritim dengan baik, terutama situasi di sekitar Second Thomas Shoal, yang dikenal sebagai Renai Reef di Cina, dan Ayungin di Manila.
"Kedua belah pihak mempresentasikan posisi masing-masing di Ayungin Shoal dan saling meyakinkan satu sama lain tentang komitmen bersama mereka untuk menghindari eskalasi ketegangan," kata kementerian luar negeri Filipina.
Aktivitas kapal-kapal penjaga pantai dan milisi maritim Cina memanaskan situasi di LCS karena Cina menegaskan klaim maritimnya di sana. Beberapa bulan terakhir hubungan dua negara semakin menegang, tetapi keduanya menegaskan kembali komitmen untuk berdialog. Dalam pertemuan tersebut Cina dan Filipina mengatakan mereka akan memajukan kerja sama maritim praktis.
"Untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan hubungan Cina-Filipina yang sehat dan stabil," kata kementerian luar negeri Cina dalam pernyataannya.
Pada Selasa (16/1/2024), Cina memanggil duta besar Filipina dan memperingatkan negara tersebut tidak bermain api setelah Presiden Ferdinand Marcos Jr mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Taiwan Lai Ching-te atas kemenangannya dalam pemilihan umum pada Sabtu.
Pernyataan yang disampaikan juru bicara kementerian luar negeri Cina, Mao Ning, tidak sesuai dengan menteri pertahanan Filipina yang menuduhnya menghina Marcos, tunduk pada apa yang disebutnya sebagai pernyataan rendahan dan tidak bermutu.
Cina menuntut Filipina untuk sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu Cina. Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan Filipina menegaskan kembali mereka berpegang pada kebijakan satu Cina dan akan terus menerapkannya.