Kamis 18 Jan 2024 18:02 WIB

Cina dan Filipina Sepakat Perkuat Komunikasi Maritim dalam Konflik Laut Cina Selatan

Dua negara berkonfrontasi di perairan yang disengketakan itu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Foto ini diambil dari pesawat angkut C-130 bersama Kepala Pertahanan Delfin Lorenzana dan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano menunjukkan Pulau Thitu di lepas Laut Cina Selatan pada 21 April 2017. Sebuah kapal penjaga pantai Tiongkok dua kali memblokir kapal angkatan laut Filipina sebelum merebut puing-puing yang ditariknya pada Minggu dari Pulau Thitu yang diduduki Filipina, kata Wakil Laksamana Alberto Carlos pada Senin, 21 November 2022.
Foto:

Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan pada 17 Januari lalu kedua belah pihak sepakat mengatasi insiden-insiden dengan tenang, bila perlu, melalui diplomasi. Kedua belah pihak sepakat untuk mengelola konflik dan perbedaan maritim dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat, serta menangani keadaan darurat maritim dengan baik, terutama situasi di sekitar Second Thomas Shoal, yang dikenal sebagai Renai Reef di Cina, dan Ayungin di Manila.

"Kedua belah pihak mempresentasikan posisi masing-masing di Ayungin Shoal dan saling meyakinkan satu sama lain tentang komitmen bersama mereka untuk menghindari eskalasi ketegangan," kata kementerian luar negeri Filipina.

Aktivitas kapal-kapal penjaga pantai dan milisi maritim Cina memanaskan situasi di LCS karena Cina menegaskan klaim maritimnya di sana. Beberapa bulan terakhir hubungan dua negara semakin menegang, tetapi keduanya menegaskan kembali komitmen untuk berdialog. Dalam pertemuan tersebut Cina dan Filipina mengatakan mereka akan memajukan kerja sama maritim praktis.

"Untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan hubungan Cina-Filipina yang sehat dan stabil," kata kementerian luar negeri Cina dalam pernyataannya.

Pada Selasa (16/1/2024), Cina memanggil duta besar Filipina dan memperingatkan negara tersebut tidak bermain api setelah Presiden Ferdinand Marcos Jr mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Taiwan Lai Ching-te atas kemenangannya dalam pemilihan umum pada Sabtu.

Pernyataan yang disampaikan juru bicara kementerian luar negeri Cina, Mao Ning, tidak sesuai dengan menteri pertahanan Filipina yang menuduhnya menghina Marcos, tunduk pada apa yang disebutnya sebagai pernyataan rendahan dan tidak bermutu.

Cina menuntut Filipina untuk sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu Cina. Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan Filipina menegaskan kembali mereka berpegang pada kebijakan satu Cina dan akan terus menerapkannya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement