Senin 29 Jan 2024 16:22 WIB

Anggota Parlemen Curiga ada Musuh dalam Selimut yang Buat Israel Kewalahan

Penyelidikan harus dilakukan terhadap peristiwa 7 Oktober 2023.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Tentara Israel menaiki kendaraan militer transit di daerah dekat perbatasan dengan Gaza selatan, di lokasi yang dirahasiakan di Israel selatan, 25 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel menaiki kendaraan militer transit di daerah dekat perbatasan dengan Gaza selatan, di lokasi yang dirahasiakan di Israel selatan, 25 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Seorang anggota parlemen Israel dari partai Otzma Yehudit, Tzvika Foghel, mencurigai adanya pengkhianat di negaranya yang menyebabkan kelompok Hamas dapat melancarkan serangan dan operasi infiltrasi pada 7 Oktober 2023 lalu. Menurutnya, mustahil intelijen Israel tidak menyadari bahwa Hamas akan melaksanakan operasi semacam itu.

“Ada bau busuk, saya tidak tahu apa yang akan kita temukan. Ada pengkhianat di dalam atau sekelompok orang tidak profesional,” ujar Foghel kepada surat kabar Israel, Maariv, yang diterbitkan Ahad (28/1/2024), dikutip laman Middle East Monitor.

Baca Juga

Foghel, yang juga menjabat sebagai ketua Komite Keamanan Nasional, mengungkapkan, tidak mungkin intelijen Israel tidak menyadari apa yang akan terjadi pada 7 Oktober 2023. “Kita masuk ke mobil seorang ilmuwan nuklir di Iran dan membunuhnya, namun kita tidak tahu apa yang terjadi di Jalur Gaza?” tanya Foghel yang tampaknya menyinggung tentang Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan nuklir Iran yang dibunuh sekelompok orang bersenjata di Teheran pada November 2020.

Foghel mengatakan, penyelidikan harus dilakukan terhadap peristiwa 7 Oktober 2023. “Ketika kepala Shin Bet (badan keamanan Israel) mengatakan bahwa komite investigasi harus dibentuk, banyak pihak yang mengkhawatirkan diri mereka sendiri dibandingkan masa depan negara,” ucapnya.

Jika teori tentang adanya pengkhianat salah atau tak terbukti, Foghel berpendapat bahwa seluruh unit tentara Israel dan generasi pemimpinnya harus diganti. “Pandangan mereka tidak salah, mereka hanya tidak bertanggung jawab dan tidak profesional, dan mereka berbuat salah terhadap negara Israel. Saya lebih suka berpikir bahwa seseorang mengkhianati kita dari dalam,” ujarnya.

“Saya tidak bisa mengesampingkan adanya konspirasi di sini. Kita tidak bisa begitu tidak bertanggung jawab, tapi saya harap saya salah,” tambah Foghel. Serangan dan operasi infiltrasi Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu menyebabkan lebih dari 1.100 orang tewas.

Sejak saat itu, Israel memulai agresinya ke Jalur Gaza. Sejauh ini, lebih dari setidaknya 26.400 warga Gaza telah terbunuh akibat agresi Israel. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu korban luka melampaui 65 ribu orang.

Menurut PBB, 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut, termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan dan rumah sakit, rusak atau hancur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement