Selasa 12 Mar 2024 22:10 WIB

Nasib UNRWA yang Kian tak Jelas dan Kondisi Pengungsi Gaza di Ujung Tanduk

Pengungsi Palestina menghadapi krisis kelaparan massal di Gaza.

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina berebut mendapatkan bantuan kemanusiaan yang dijatuhkan Angkatan Udara AS ke Kota Gaza, Jalur Gaza, pada Sabtu, (9/3/2024).
Foto:

Sejak operasi militer Israel ke Gaza pada 7 Oktober lalu seluruh populasi mengandalkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal sementara, makanan, air dan kebersihan dan sebagian besar melalui UNRWA.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk menarik sumbangan. Di menekankan UNRWA adalah "tulang punggung dari semua respons kemanusiaan di Gaza".

Namun, penarikan dana akan berdampak lebih dari sekadar kebutuhan mendesak di Jalur Gaza.

Yordania merupakan negara terbesar dari lima negara tempat UNRWA bekerja, mendukung lebih dari satu juta pengungsi Palestina di seluruh wilayah kerajaan. Badan ini memiliki 25 pusat kesehatan di Yordania, melakukan 1,6 juta konsultasi medis tahunan.

"Pendekatan kami adalah layanan kesehatan primer, yang bertujuan untuk mencegah penyakit, bukan hanya mengobatinya," kata kepala pusat kesehatan ANC Dr Salam Ghanem.

Pusat kesehatan ini melayani sekitar 43 ribu pasien, yang berarti pemotongan dana dapat berdampak serius, tidak hanya pada perawatan yang sedang berlangsung tetapi juga pada pencegahan masalah kesehatan, terutama di kalangan ibu muda dan bayi.

Dia menjelaskan alih-alih pemotongan dana, pusat kesehatan ini membutuhkan lebih banyak dana untuk menangani naiknya permintaan setelah pandemi COVID-19.

Petugas layanan masyarakat Kamp ANC Mohammad Khamis mengawasi anak-anak di taman bermain sambil berkeliling fasilitas-fasilitas UNRWA. "Saya sudah ditugaskan di sini sejak 2012 dan saya merasa aman dan bangga pada upaya lembaga," katanya.

Sebagai pengungsi Palestina, ia menjelaskan, meski layanan yang diberikan UNRWA kritis, tapi pengakuan dan promosi lembaga internasional itu pada hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka lebih penting.

UNRWA didirikan untuk membantu implementasi Resolusi Majelis Umum PBB 1948 yang menegaskan hak pengungsi Palestina kembali ke tanah airnya.

"Mandat kami melayani pengungsi Palestina sampai solusi jangka panjang dan adil ditemukan," kata Direktur UNRWA di Kantor Lapangan Yordania Olof Becker.

Jika UNRWA dipaksa untuk berhenti beroperasi atau mengurangi layanannya seperti maka kepulangan akan terlihat semakin jauh bagi Ahmad dan ratusan ribu pengungsi Palestina lainnya.

"Setiap negara yang menarik dana mereka menyakiti kami, rasanya seperti serangan langsung terhadap hak kami untuk kembali," katanya. 

Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul 

UNRWA memperingatkan jika pendanaan tidak dilanjutkan mereka dapat terpaksa untuk mengurangi atau menghentikan operasinya pada pertengahan Maret. 

Beberapa negara, termasuk Belgia, Kanada, Irlandia, Norwegia, Arab Saudi, Spanyol, Swedia, dan Turki mengatakan mereka akan melanjutkan pendanaan mereka, namun jumlah totalnya tidak akan menutupi kekurangan dana. 

 

Layanan apa yang akan diprioritaskan jika keuangan UNRWA terpukul, masih belum jelas. "Pilihan pertama kami adalah [mengurangi] layanan kami dan mungkin akan membutuhkan modalitas yang berbeda, namun itu sangat sulit. Apa yang Anda pilih, layanan kesehatan versus pendidikan atau sanitasi?" kata Becker. 

photo
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)
photo
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement