Sabtu 18 Apr 2015 15:40 WIB

Ilmuwan Australia Teliti Suara Lebah untuk Tanggulangi Hama

Red:
Lebah penghasil madu.
Foto: Jacky Naegelen/Reuters
Lebah penghasil madu.

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA BARAT -- Para insinyur dari Universitas Edith Cowan (ECU) di Australia Barat berharap untuk bisa mengungkap bahasa rahasia lebah guna membantu mengidentifikasi hama yang merusak.

Tim peneliti menggunakan sampel audio lebah untuk mencoba dan mengetahui bagaimana mereka berkomunikasi, khususnya cara bereaksi terhadap hama. Peneliti utama dari Fakultas Teknik ECU, Dr Iftekhar Ahmed, mengatakan, timnya mengumpulkan sampel suara lebah dari sarang lebah yang penuh dengan hama dan penyakit, dari seluruh dunia.

Dr Iftekhar mengatakan, memahami bagaimana lebah berkomunikasi ketika mereka tertekan akan membantu menciptakan sistem peringatan dini untuk mengidentifikasi hama seperti ‘Varroa Mite’. Ia menjelaskan, telah diketahui luas bahwa lebah menghasilkan suara yang berbeda ketika mereka dihadapkan dengan situasi yang berbeda.

"Jika mereka tidak puas dengan ratu, atau jika ada beberapa ratu. Jika ada benda asing, atau jika mereka sedang mempersiapkan untuk meninggalkan sarang lebah mereka," tutur sang peneliti utama baru-baru ini.

Tim ECU menggunakan pengetahuan tentang bagaimana lebah bereaksi terhadap stress, untuk mengembangkan perangkat lunak yang menafsirkan suara berbeda yang mereka buat. "Pada dasarnya apa yang kami coba lakukan adalah mengembangkan perangkat pengawasan otomatis untuk sampai ke dasar atas apa yang menyebabkan suara," kata Dr Iftekhar.

Ia mengatakan, teknologi itu dapat meningkatkan kontrol karantina yang ada. Saat ini, deteksi hama lebah dioperasikan secara manual. Dr Iftekhar mengatakan, ia dan timnya sedang bekerja untuk menciptakan sistem otomatis.

"Kami sedang berusaha untuk mengembangkan sesuatu yang otomatis sehingga kami bisa melakukan pemantauan sepanjang hari," katanya.

Dr Iftekhar mengatakan, teknologi itu didasarkan pada alat perekam sederhana dan itu harus relatif murah bila siap untuk terbit secara komersil.

Para peneliti telah mengembangkan prototipe dari teknologi deteksi hama dan mereka berharap produk akhir akan siap rilis dalam waktu enam bulan.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement