Senin 22 Dec 2014 06:44 WIB

AS Berencana Masukkan Kembali Korut dalam Daftar Negara Teroris?

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bayu Hermawan
US President Barack Obama speaks about immigration reform during a visit to Del Sol High School in Las Vegas, Nevada November 21, 2014.
Foto: Reuters/Kevin Lamarque
US President Barack Obama speaks about immigration reform during a visit to Del Sol High School in Las Vegas, Nevada November 21, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Amerika Serikat tengah mempertimbangkan untuk memasukkan kembali Korea Utara dalam daftar negara sponsor teroris. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Barack Obama, akhir pekan lalu.

"Kami akan meninjau ulang status mereka (Korea Utara) melalui proses yang sudah semestinya," kata Obama dalam sesi wawancara State of the Union yang disiarkan CNN, Ahad (21/12).

Menurut Presiden AS ke-44 itu, penilaian AS terhadap Korea Utara tidak didasarkan pada berita yang muncul hari ini saja. Melainkan juga dengan memantau secara sistematis apa saja kegiatan yang telah dilakukan oleh negara komunis itu sebelumnya.

"Berdasarkan fakta-fakta itulah, kami akan memutuskan ke depannya (apakah mereka layak diamasukkan ke dalam daftar negara sponsor teroris," ujarnya.

Komentar Obama tersebut keluar hanya beberapa hari setelah munculnya dugaan serangan siber dari Pyongyang kepada Sony Pictures, bulan lalu. Pemerintah Washington menuduh Korut sebagai dalang peretasan terhadap perusahaan tersebut.

Peretasan itu dituding sebagai reaksi Pyongyang atas dirilisnya film aksi komedi The Interview oleh AS. Film fiksi itu bercerita tentang misi CIA untuk membunuh pemimpin Korut saat ini, Kim Jong-un.

Tak ayal, kehadiran film itu membuat marah Pyongyang. Tak hanya soal peretasan, AS juga menuding Korut sebagai pihak yang mengirimkan email internal berisi ancaman kepada eksekutif senior Sony Pictures.

Dalam email itu disebutkan, penonton The Interview akan mengalami nasib buruk, dan orang-orang yang tinggal dekat dengan bioskop yang menayangkan film tersebut juga bakal berada dalam bahaya besar.

Kendati demikian, Korea Utara membantah bertanggung jawab atas peretasan dan pengiriman email ancaman terhadap Sony Pictures. Negara Asia itu malah mengusulkan penyelidikan bersama dengan AS untuk mencari penyebab peretasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement