Selasa 14 Nov 2017 15:56 WIB

Pengungsi Suriah di Yunani Tuntut Reunifikasi Keluarga

Seorang bocah laki-laki pengungsi suriah berdiri di depan tenda penampungan di desa Polykastro, utara Yunani. (ilustrasi)
Foto: EPA/Nikos Arvanitidis
Seorang bocah laki-laki pengungsi suriah berdiri di depan tenda penampungan di desa Polykastro, utara Yunani. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,ATHENA -- Sebanyak 13 pengungsi Suriah berkemah di seberang Gedung Parlemen Yunani dan melakukan mogok makan karena memprotes proses reunifikasi keluarga yang lamban. Mereka mengatakan bahwa mereka masing-masing menunggu lebih dari enam bulan untuk dipertemukan kembali dengan keluarga mereka yang terpisah saat mengungsi, dan meminta relokasi yang dipercepat ke Jerman.

Dari pelaku mogok makan, separuh adalah wanita yang telah terpisah dari pasangannya. Kelompok tersebut pertama kali mengumumkan puasa mereka pada 1 November, ketika mereka mendirikan tenda dan tanda-tanda di trotoar yang ramai di dekat Syntagma Square di pusat kota Athena, di seberang gedung parlemen Yunani.

Dilansir dari Aljazirah, Selasa (14/11) disebutkan, lebih dari 4 ribu pengungsi dan migran di Yunani berada dalam situasi yang sama, terpisah dari orang yang mereka cintai dan kurang memiliki kejelasan tentang kapan mereka akan berkumpul kembali, menurut organisasi bantuan dan pengawas.

Menurut Perjanjian Dublin III Uni Eropa, para pengungsi berhak untuk melakukan relokasi dan reunifikasi dengan keluarga mereka. Dengan musim dingin semakin dekat dan perbatasan ditutup sejak Maret 2016, setelah sebuah kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki untuk membendung arus pengungsi, kondisi di kamp-kamp pengungsi telah memburuk setiap hari.

Kesepakatan tersebut membuat lebih dari 60 ribu pengungsi dan migran terjebak di Yunani, tidak dapat melanjutkan penyelamatan dengan bantuan penyelundup dan program relokasi yang seringkali berlangsung lama. Kesulitan hidup sehari-hari di banyak kamp pengungsi telah diperkuat oleh lonjakan pendatang baru-baru ini dari Turki, menurut organisasi kemanusiaan.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan bahwa lebih dari 25 ribu pengungsi dan migran telah membawa dingi dan perahu tipis melintasi Laut Aegea dari Turki ke pulau-pulau Yunani tahun ini. Lebih dari sepertiga pendatang adalah anak-anak, menurut statistik badan tersebut.

"Keluarga pengungsi sering terpisah dalam upaya mereka kabur dari kekerasan dan penganiayaan," kata Boris Cheshirkov, petugas komunikasi asosiasi untuk UNHCR,

Ia menjelaskan bahwa lebih dari dari 9.300 pengajuan penyatuan kembali keluarga telah diajukan di Yunani tahun ini. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 aplikasi telah diterima sejauh ini. "Membantu mereka bersatu kembali sesegera mungkin harus menjadi prioritas kemanusiaan," Cheshirkov menambahkan, mencatat bahwa telah terjadi penundaan karena tingginya jumlah kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement