Senin 05 Nov 2012 03:18 WIB

Amerika Senang, Oposisi Suriah Kini Bersatu

Rep: Afriza Hanifa/ Red: M Irwan Ariefyanto
Bangunan hancur lebur akibat pertempuran yang melibatkan gerilyawan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) dan pasukan pemerintah di Distrik Salah Edinne, Aleppo, Suriah, pada Kamis (9/8).
Foto: Reuters/Zohra Bensemra
Bangunan hancur lebur akibat pertempuran yang melibatkan gerilyawan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) dan pasukan pemerintah di Distrik Salah Edinne, Aleppo, Suriah, pada Kamis (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID,DOHA - Oposisi Suriah melakukan pertemuan di Doha, Qatar, untuk menyatukan langkah menentang Presiden Bashar al-Assad. Acara ini memungkinkan mengganti Dewan Nasional Suriah (SNC), organisasi utama oposisi di pengasingan. Pasukan oposisi di Suriah mengkritik SNC yang dianggap tak tersentuh. Di sisi lain, terjadi perpecahan ideologi di tubuh mereka.

Sehari sebelumnya, pasukan di lapangan melancarkan serangan guna mengambil alih pangkalan udara pemerintah di wilayah utara. Menurut BBC, Ahad (4/11), SNC akan memperluas cakupannya. Dalam pertemuan selama empat hari ini, mereka bakal mengubah struktur, memasukkan orang-orang muda yang lebih memiliki pengalaman di lapangan serta menunjuk pemimpin baru.

Isu utamanya adalah apakah SNC bakal menerima atau menolak usulan AS membentuk tim beranggotakan 50 orang yang perwakilannya lebih banyak dari dalam Suriah, bukan tokoh-tokoh di pengasingan. Ini berarti memasukkan perwakilan dari Free Syrian Army, kelompok politik dan dewan lokal di Suriah.

SNC direncanakan berdialog dengan Syrian National Initiative, beranggotakan figur oposisi berpengaruh yang mengusulkan dibentuknya badan kepemimpinan bersatu yang diproyeksikan kelak melahirkan pemerintahan di pengasingan. Paling cepat awal bulan depan. Tokoh penentang Assad, Riad Seif, didukung Amerika Serikat (AS) memimpin pemerintahan baru di pengasingan.

Peserta pertemuan mengeluarkan pernyataan bersama guna mengikis kekhawatiran muncul rencana negosiasi dengan Assad. “Hengkangnya Assad dan lingkaran dalamnya dari pemerintahan merupakan syarat yang tak bisa ditawar lagi,” demikian pernyataan tersebut. Itu adalah syarat dalam dialog guna menemukan solusi nonmiliter jika memang masih memungkinkan.

AS berharap kepemimpinan baru membantu menuntaskan kekacauan politik di Suriah yang telah merenggut 36 ribu nyawa sejak Maret 2011. Awal pekan lalu, para pejabat AS menyatakan oposisi perlu bergerak lebih jauh, jadi tak hanya mengandalkan SNC. Sebaliknya, mesti ada penguatan komando operasi di dalam Suriah.

Perpecahan juga mencuat, bukan hanya di antara oposisi di Suriah maupun luar negeri, melainkan juga antara kelompok berideologi Islam dan sekuler. Pada pertemuan sebelumnya di Kairo, Mesir, pada Juli lalu, disepakati pemerintahan Assad harus tumbang. Tetapi, mereka gagal menunjuk sebuah komite yang bertindak selaku oposisi di ranah internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement