Selasa 06 Mar 2018 01:52 WIB

Bantuan Kemanusiaan Tiba di Ghouta Timur

Sejumlah peralatan medis penting dilarang masuk oleh Pemerintah Suriah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Sebanyak 46 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah memasuki Ghouta Timur melalui sebuah pos pemeriksaan yang dikendalikan pemerintah untuk pertama kalinya dalam waktu hampir sebulan. Namun, pasokan medis penting telah disita oleh militer Suriah.

Robert Mardini, kepala operasi Timur Tengah untuk Komite Palang Merah Internasional, mengatakan pada Senin (5/3) bahwa sebuah konvoi yang membawa bantuan sangat dibutuhkan untuk puluhan ribu orang sedang dalam perjalanan ke Ghouta timur.

Konvoi tersebut termasuk perlengkapan bedah dan obat-obatan serta 5.500 kantong makanan dan tepung cukup untuk 27.500 orang.

 

photo
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.

Ali al-Za'tari, seorang pejabat senior PBB dengan konvoi tersebut, mengatakan akan membutuhkan waktu berjam-jam untuk melepaskan bantuan di daerah kantong yang terpenjara.

 

Baca juga,  Suriah Kirim Pasukan Besar ke Ghouta Timur.

 

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan,  pemerintah telah memerintahkan 70 persen obat-obatan untuk dikeluarkan dari konvoi. Mereka mencegah peralatan trauma, perlengkapan bedah, insulin, dan bahan vital lainnya untuk mencapai daerah tersebut.

ICRC membenarkan beberapa peralatan medis telah diblokir, tetapi tidak memberikan rincian. Lebih dari 700 warga sipil terbunuh dalam serangan udara yang dimulai pada 18 Februari.

Daerah tersebut, yang menampung 400 ribu orang, telah dikepung oleh pemerintah sejak kelompok oposisi bersenjata menguasai pada pertengahan 2013. "Pengeboman di wilayah tersebut menewaskan sedikitnya 45 warga sipil pada hari Senin (5/3)," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. (SOHR).

Monitor perang yang berbasis di Inggris ini mengatakan, setidaknya 19 korban tewas di Kota Hammuriyeh, lokasi bom barel dijatuhkan.

SOHR mengatakan, jumlah korban tewas dapat meningkat saat mayat dievakuasi dari reruntuhan. Za'tari mengatakan, dia tidak senang mendengar teriakan keras di dekat titik persimpangan ke Ghouta timur, meskipun ada kesepakatan bahwa bantuan tersebut akan disampaikan dengan aman.

"Kita perlu diyakinkan bahwa kita akan bisa memberikan bantuan kemanusiaan dalam kondisi baik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement