Selasa 04 Jan 2011 19:21 WIB

Dua Prajurit AS Tewas Dalam Serangan di Irak

REPUBLIKA.CO.ID,BGHDAD--Serangan-serangan senapan dan bom menewaskan tiga warga Irak dan mencederai 15 orang, Senin, kata sejumlah pejabat keamanan, sementara militer AS mengumumkan dua prajuritnya tewas, korban pertama dalam perang di Irak pada tahun ini. Bom mobil bunuh diri meledak Senin pagi di luar kantor intelijen kepolisian di Baquba sebelah utara Baghdad, menewaskan seorang pria dan melukai 15 orang, kata seorang pejabat keamanan dan seorang dokter.

Serangan bom itu ditujukan pada kantor tersebut, yang terletak di kawasan pasar pusat, sekitar pukul 11.00 (pukul 15.00 WIB), kata pejabat keamanan itu, dengan menambahkan bahwa aparat yang menjaga bangunan itu dan anak-anak perempuan di dalam bis sekolah yang berdekatan termasuk diantara mereka yang cedera.

Sebelum penyerang bunuh diri meledakkan mobilnya, gerilyawan melemparkan sejumlah granat tangan ke kantor intelijen tersebut. Itu merupakan serangan pertama terhadap kantor itu, yang dibuka tiga tahun lalu. Dr Firas al-Dulaimi, yang bekerja di rumah sakit utama di Baquba, mengatakan, korban-korban cedera mencakup 10 anak perempuan, dua pria, dan tiga penjaga kantor intelijen itu, yang mengalami luka-luka serius.

Di Baghdad pusat, orang-orang bersenjata pada Senin pagi menyerang rumah seorang wanita Kristen, Rafah Toma, menembaknya hingga tewas dan membawa kabur sejumlah barang miliknya, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri. Pejabat itu juga mengatakan, seorang polisi pada Senin pagi ditembak mati oleh orang-orang bersenjata dengan senapan berperedam suara di Taifiya, Baghdad utara.

Senin, militer AS mengumumkan bahwa dua prajuritnya tewas di Irak tengah. "Dua prajurit AS tewas di Irak tengah pada Minggu malam ketika sedang membantu Operasi Fajar Baru," kata militer AS dalam sebuah pernyataan.

Operasi itu merupakan kegiatan militer AS di Irak sejak 1 September 2010, setelah berakhirnya operasi tempur mereka. Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu. Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak. Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak. Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei. Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement