Selasa 03 Jul 2018 16:02 WIB

Evakuasi Tim Sepak Bola Junior Thailand Bisa Berbulan-bulan

Tim sepak bola junior Thailand ditemukan selamat setelah 9 hari terjebak di gua.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Tim sepak bola junior Thailand yang dilaporkan hilang. Foto diambil dari laman Facebook sang pelatih, Akkapol Chantawong.
Foto: Press From
Tim sepak bola junior Thailand yang dilaporkan hilang. Foto diambil dari laman Facebook sang pelatih, Akkapol Chantawong.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sebanyak 12 anak laki-laki dan seorang pelatih tim sepak bola junior Thailand berhasil ditemukan dalam keadaan selamat di gua Tham Luang yang terendam banjir di Provinsi Chiang Rai, pada Senin (2/7). Namun militer Thailand memperingatkan, proses penyelamatan mereka mungkin masih akan memakan waktu berbulan-bulan.

Hal tersebut disebabkan karena hujan lebat diperkirakan masih akan turun dalam beberapa hari mendatang, mengingat musim hujan baru akan dimulai. Untuk bisa menyelamatkan korban, tim penyelamat harus menunggu selama beberapa bulan sampai air surut ke tingkat yang aman.

Mengevakuasi anak-anak dan pelatih mereka ke permukaan adalah tugas yang cukup rumit. Tim penyelamat telah memompa air keluar dari gua selama sepekan ini, tetapi hujan deras kembali menaikkan debit air.

Pada Selasa (3/7), tim penyelamat memompa 10 ribu liter air per jam dan menurunkan ketinggian air satu sentimeter setiap jam. Mereka juga tengah bersiap untuk membawa pasokan makanan jangka panjang bagi para korban dan akan memberikan pelatihan menyelam.

"(Kami akan) bersiap untuk mengirim makanan tambahan untuk pasokan selama setidaknya empat bulan dan melatih ke-13 korban untuk menyelam," ujar Kapten Angkatan Laut Thailand, Anand Surawan, seperti dilaporkan laman The Guardian.

Sebuah tim penyelamat yang terdiri dari dua penyelam Inggris berhasil menemukan seluruh korban di dalam gua. Anak-anak yang berusia 11 sampai 16 tahun, serta pelatih yang berusia 25 tahun itu ditemukan sembilan hari setelah dilaporkan hilang.

“Pilihan terbaik adalah meninggalkan mereka di tempat dan menstabilkan lingkungan mereka. Mengingat lingkungan yang cukup basah, mereka harus tetap hangat dan kering. Berikan mereka air minum, makanan, dan udara yang bersih," kata Peter Wolf, direktur nasional Cave Divers Association of Australia.

Tak satu pun dari anak-anak itu dapat berenang atau menyelam. Edd Sorenson dari International Cave Rescue and Recovery memperingatkan, akan sangat berbahaya bagi mereka jika tidak memiliki pengalaman untuk menavigasi gua dengan jarak pandang hampir nol dan air yang mengalir deras.

“Selama kami tahu di mana mereka berada, mereka memiliki makanan, cara untuk menghangatkan diri, air atau sistem penyaringan, dan cahaya, maka mereka masih aman untuk menunggu. Tetapi membawa mereka di dalam air akan sangat berbahaya, juga bagi tim penyelamat," ungkap Sorenson.

Diperkirakan para korban memasuki gua pada 23 Juni, sebelum hujan badai tiba-tiba membanjiri gua sepanjang 10 km itu. Ke-13 korban ditemukan meringkuk di sebuah lumpur keras setinggi dua meter di atas permukaan air.

Setelah mereka ditemukan selamat, dua personel medis Angkatan Laut Thailand menemani dan mengawasi mereka sambil memberikan mereka makanan. Sebagian besar anak laki-laki itu berada dalam kondisi medis yang stabil, dan tidak ada yang berada dalam kondisi kritis. Musim hujan biasanya berlangsung dari Mei hingga Oktober di Thailand utara, yang berbatasan dengan Laos dan Myanmar, tempat gua Tham Luang berada.

Gubernur Provinsi Chiang Rai, Narongsak Osatanakorn, pada Selasa (3/7) pagi mengatakan tim penyelamat telah mengklasifikasikan anak-anak itu dengan menggunakan sistem lampu lalu lintas. Merah untuk kondisi kritis, kuning untuk kondisi serius, dan hijau untuk kondisi stabil.

"Kami menemukan sebagian besar anak laki-laki itu dalam kondisi hijau. Mungkin beberapa anak laki-laki lainnya yang mengalami luka atau cedera ringan, akan dikategorikan dalam kondisi kuning. Tapi tidak ada yang dalam kondisi merah," papar Osatanakorn.

Dia mengatakan keputusan akhir tentang kapan dan bagaimana cara mengevakuasi anak-anak itu, akan diambil oleh angkatan laut Thailand. Satu pilihan yang masih dipertimbangkan adalah mengajari mereka berenang dengan menggunakan masker pernapasan.

Tim penyelam mengatakan suhu di dalam gua itu sekitar 26 derajat, dengan air yang menetes dari dinding. Dengan demikian, anak-anak itu tidak mungkin mengalami dehidrasi dan hipotermia.

"Masalahnya adalah, waktu tidak benar-benar berada di pihak kita karena hujan lebat bisa terjadi dalam tiga hari dan gua bisa terus banjir, membuat akses evakuasi menjadi tidak mungkin bagi anak-anak," ungkap Ben Reymenants, anggota tim penyelamat dari Belanda, yang membantu Pemerintah Thailand.

Korban berada di antara 800 meter sampai 1 kilometer di bawah permukaan, dan kira-kira berada dua kilometer di dalam gua. "Mereka juga terletak di ruang yang relatif kecil dan membuat upaya pengeboran akan sangat sulit dilakukan sebagai salah satu alternatif penyelamatan," ujar Bill Whitehouse, wakil ketua British Rescue Council.

Meskipun masih dibayangi kesulitan, penemuan korban dalam keadaan selamat telah membangkitkan harapan yang kuat. Foto-foto dua penyelam Inggris, Rick Stanton dan John Volanthen, yang telah menemukan anak-anak itu beredar luas di Twitter dengan pesan-pesan terima kasih.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha melakukan sambungan telepon untuk memberi selamat kepada tim penyelamat. Para penyelamat juga memasang saluran telepon untuk memungkinkan anak-anak itu berbicara kepada orang tua mereka. Lebih dari 1.000 personel militer Thailand ada di lokasi, yang dibantu tim penyelamat dari tujuh negara, termasuk Inggris, AS, dan Australia.

Gua Tham Luang adalah salah satu gua terpanjang di Thailand dan salah satu yang paling sulit untuk dijelajahi, dengan banyak ruang pengap dan lorong sempit. Tanda di luar gua memperingatkan pengunjung untuk tidak memasuki gua selama musim hujan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement